- Jumat, 12 Juli 2013

Jejak [1]


Maha Suci Allah yang telah memberiku kesempatan menghirup udaraNya hingga detik ini. Detik dimana jiwa ini telah berada 18 tahun dalam ragaku. Pada hari ke sembilan, bulan Oktober 1993, itulah pertama kalinya aku diberi kesempatan melihat cantiknya wajah ibuku  walau dalam samar. Merasakan kebahagiaan ayahku walau dalam diam. Saat itu, air mataku bak mata air di padang pasir yang menjawab penantian mereka selama sepuluh bulan, jerit tangisku bagaikan nyanyian surga yang menyejukkan kalbu mereka. Hadirku memberi kebahagiaan, dan diharapkan akan selalu memberi kebahagiaan sampai di penghujung waktuku.

Aku dianugerahi tiga untai kata sebagai namaku. Riskha Tri Oktaviani. Ya, mungkin itu hanya sebuah nama yang tak bermakna. Namun kuyakin setiap hurufnya tersimpan doa dari ayah dan ibuku. Doa yang diharapkan mampu  membawaku tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang ma’rifat, arief, dan bijaksana.
Selama ini, aku hidup di antara keluarga yang sederhana. Dari kesederhanaan itu, aku belajar mandiri, belajar untuk tidak selalu bermanja-manja di pangkuan ayah dan ibu, dan berusaha menerima juga memahami setiap keadaan. Seiring masa yang terus berlari tanpa terkejar, aku mulai mengenal siapa aku, apa yang ku lakukan, dan apa tujuan hidupku.
Sembari ku belajar mengenal jati diriku. Ku memahami dan meyakini bahwa aku lahir karena Allah, aku hidup untuk beribadah pada Allah, untuk bertemu Allah jika telah tiba masanya nanti aku harus menghadapNya. Sekarang, disini, di tempat yang baru kuhuni kurang lebih 1 bulan ini, telah kuniatkan walau berat, akan ku usahakan walau ku lemah, akan kujalani walau ku tak tahu sampai ujung mana Sang Pemilik diriku membawaku. Kuniatkan seberat apapun akan kujalani. Walau takut, aku tidak boleh takut. Karena disisiku ada dua malaikat Allah. Karena dalam setiap detik waktuku, selalu ada Allah yang menemaniku. Merangkai pagi, menjalani hari, memupuk semangat dalam terik mentari, menyulutkan bara dalam dinginnya malam, dan segalanya. Karena nafas ini, detak jantung ini, aliran darah ini, semua bertasbih kepada Allah. Maka atas ridhoNya, akan kupertanggungjawabkan pilihanku. Pilihan satu-satunya. Karena aku masuk melalui jalur BIDIK MISI. Walau sebelumnya tak pernah terbersit keinginan untuk ke kampus perjuangan, ITS. Tapi dengan menyebut namaNya yang agung, aku mendaftarkan diri di ITS. Dengan modal nilai rapor yang biasa-biasa saja, dan sedikit prestasi yang pernah kuraih, kuberanikan diri mengambil kesempatan itu. Karena saat itu aku berpikir, pokoknya aku harus kuliah.
Seiring dewasanya pikiranku, aku mulai berpikir bahwa aku kuliah bukan hanya kuliah. Aku harus bisa membawa namaku, membawa nama keluargaku, membawa nama sekolahku, dan membawa nama kotaku. Aku harus berjuang lebih giat, karena aku disekolahkan oleh banyak orang. Bahkan tukang becak yang setiap hari ku lihat di tepi jalanan itu pun turut menyumbang dana untuk pendidikanku. Mereka berharap besar padaku. Maka aku harus berjuang di kampus perjuangan ini.
Satu bulan menjadi bagian dari ITS, tidaklah mudah untuk beradaptasi. Berat memang, tapi hal itu tidak boleh mematahkan semangatku untuk bisa. Rindu keluarga, rindu masa-masa SMA, rindu rumah, dan semua hal yang pernah ada di sampingku, yang sekarang tak kutemui. Tapi itu semua tak boleh menyurutkan langkahku untuk berjuang, memperjuangkan pendidikan yang kuharapkan bisa membukakan pintu-pintu keindahan masa depan. Keindahan masa depan yang telah kurajut bersama asa dan doa di setiap rukuk dan sujudku. Walau aku tak pernah tahu kapan keindahan itu kan kuraih. Namun janji Allah tak pernah palsu. Keindahan yang Dia janjikan pasti akan diberikan. Tugasku sekarang adalah belajar, belajar, dan belajar. Tidak hanya belajar akademik, tapi non akademik juga. Aku harus bisa menyeimbangkan keduanya. Aku tidak mau jadi mahasiswi kupu-kupu. Aku harus bisa memberikan kontribusi pada lingkungan di sekitarku. Memberikan yang terbaik untuk mereka yang dengan ikhlas turut mendoakan untuk kesuksesanku. Hingga sekarang aku telah menikmati menjadi maba di ITS. Mengikuti seluruh kegiatan maba yang begitu padat. Dengan jargon ITS CAK ( Cerdas, Amanah, Kreatif), membuatku termotivasi menggagas peradaban.  Melantunkan Hymne ITS membuatku merinding, apalagi saat mendendangkan lagu totalitas perjuangan, yang baru kuketahui di sini, Subhanallah, darah juang ini berdesir, berharap benar-benar dengan sepenuh hati bisa menanamkan dalam hati dan memberikan kontribusi nyata dari lagu tersebut.
ITS, yang dulu hanya sekedar menerawang, yang dulu hanya sekedar dalam angan tak nyata, masih samar, bercampur baur dengan angan-angan lainnya. Sekarang, ITS ada di hadapku, ITS ada dalam hatiku, ITS ada dalam keseharianku. Bersamanya aku akan memperjuangkan hidupku, bersamanya aku akan melabuhkan 3,5 tahun-4 tahun waktuku untuk memperoleh pendidikan di sini, atau mungkin langsung bisa S2 di sini. Aku tak pernah tahu. Karena manusia tak pernah tahu sampai kapan ia akan hidup. Kita hanya bisa merencanakan yang terbaik, mengusahakan yang terbaik, dan terus mendekat pada Sang Khaliq. Sang Penentu segalanyalah yang bakal menetukannya.
Sejauh mata ini memandang, ITS adalah salah satu Institut terbaik di negeri ini. ITS telah berkiprah dalam ranah regional, nasional, maupun internasional. Biar kata orang  ITS adalah institute tugas segudang, namun bagiku ITS adalah institute terbaik selamanya. Karena dengan tugas segudang tersebut, kita diajarkan untuk bertanggung jawab, menjaga amanah, berpikir kreatif, disiplin, mandiri, bekerja keras, dan masih banyak hal yang dapat dipetik darinya. Kita wajib berbangga pada ITS, kita wajib memberikan kontribusi terbaik untuk negeri ini melalui ITS, kita wajib meningkatkat derajat orang tua kita melalui pendidikan kita, kita wajib mengamalkan ilmu kita dalam ruang lingkup yang sempit maupun luas. Karena pepatah mengatakan,” semakin banyak ilmu yang kau salurkan pada orang lain, semakin banyak pula ilmu yang kau dapat.”
Sesuai niatku yang telah kuukir dalam setiap doaku, setinggi asaku untuk masa depanku, sedikit pengetahuanku, sebanyak keinginanku untuk tahu dan mampu, Bismillah aku akan berjuang di ITS. Semoga Allah ridho, dan menjadikan aku orang yang ridho terhadap ridhoNya. Hingga aku ikhlas menjalani kuliahku di ITS, hingga aku mampu menyelesaikan pendidikanku disini, hingga aku telah sukses dan bahagia setelah menjadi alumni, dan hingga aku bisa menjaga serta mempertanggungjawabkan amanah-amanah dari siapa saja, terutama amanah dari orang tuaku dengan baik dan karena Allah.  Aku cinta ITS karena pengabdianku padaNya, aku cinta ITS demi pengabdianku terhadap ke dua orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar