- Sabtu, 25 Mei 2013

Menjadi Mentor Idaman


   
damai dalam hening, sejuk dalam sepoi, anggun dalam sederhana
    Menjadi seorang mentor. Ya, itu mimpiku ketika pertama kali terpikat oleh indahnya suasana mentoring yang sebenarnya sudah tak asing bagiku. Namun aku baru meng-istiqomah-i-nya ketika menjadi mahasiswa baru di kampus perjuangan ini.

      Meneladani sang pembuat jejak, Danang A. Prabowo, penulis buku best selling, Ahmad Rifa’i Rifan, dan kakak-kakak PPSDMS Nurul Fikri yang men-visualisasikan mimpi mereka melalui tulisan dan video. Aku pun jua demikian. Menjadi seorang mentor adalah mimpiku yang ke-30.

      Malam itu, entah aku seakan melupakan waktu. Namun tak sedikitpun aku melupa akan kenangan di dalamnya. Di manarul ilmi serambi timur. Disaksikan oleh malam yang semakin jelita dengan guratan sabit sang rembulan, dan sedikit gemerlap bintang yang sekali-kali mencuri pandang. Ya, saat itu adalah perpisahan mentoring wajib. Mentorku membacakan nominasi-nominasi ter-apapun menurut beliau. Menanyakan kesan dan pesan kami terhadap mentoring dan terhadap mentor. Merekomendasikan kami untuk mengikuti mentoring lanjutan, dan terakhir “Apakah ke depannya adek-adek ingin menjadi mentor? Beri alasan!”. Kuhela napas, ku tengadahkan wajah menatap langit. Kuhela napas kembali, kupejamkan mata, lalu melepas senyum. Dalam hati kubersua,” yes, may be it’s the way i reach my dream”

      Sang mata pedang begitu tajam memangkas tahun pertamaku, begitu cepat mengantarku ke tahun dimana sangat berpotensial untuk menyalurkan kontribusi ke KM ITS. Ya, Ajang belajar bagi seorang pembelajar sepertiku. Seluruh unit kegiatan di ITS melakukan rutinitas tahunan, yaitu open recruitment staff baru. Namun yang satu ini special. Open recruitment mentor its. Sebenarnya belum mau mendaftar. Masih merasa sangat belum siap menengok diriku yang masih belum bisa menjadi tauladan yang baik. Ketika itu aku berpikir menjadi seorang mentor haruslah perfect, banyak hal yang harus diketahui, cerdas, pandai memanajemen waktu, komunikatif, dll. Ya, kurang lebih memang harus begitu. Tapi kemudian aku berpikir pula, semua itu ada tahapan pembelajarannya. Tidak mungkin setiap mentor memperoleh kemampuan itu semua dalam waktu yang singkat. Insyaallah dengan modal semangat belajar, para mentor pasti akan bersungguh-sungguh dalam menaikkan kapasitas dirinya, sekali lagi, untuk tujuan pengembangan potensi berdakwah. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau nunggu siap, kapan aksinya? Pada intinya jangan jadikan "Ketidak-siapan" kita atau "Ketidak-mampuan" kita mementor sebagai alasan untuk melarikan diri dari "Tugas" mulia ini! So, budal! Hajar! Allahu Akbar!!!


      Ya, menjadi mentor memang bukanlah segalanya, tapi dari menjadi mentorlah segalanya berawal. Perlu kita ketahui bahwa mentor adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader. Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktifitas tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya sangat perlu mempraktikan kader menjadi mentor sejak dini dan berkelanjutan. Pada saat mentor menyampaikan materi, secara tidak langsung mentor juga belajar untuk memahami kembali materi yang ada. Orang bijak pernah berkata, “ketika Anda bisa mengajarkan sesuatu kepada orang lain, maka Anda berarti telah memahami sesuatu”. Nah, dari kalimat itu dapat disimpulkan bahwa seoarang mentor tentunya akan menyiapkan dirinya dengan baik. Tidak terkecuali denganku.

      Menjadi seorang mentor memang tidak semuanya mau. Bukan karena kurang banyak ilmu, tapi takut kalau nggak bisa jadi role model bagi mente, dalam segi berpakaian, berpikir, berbicara, bermuamalah, ibadah, dan lain-lain yang mungkin dianggap “wow” oleh adek-adek. Ah, itu mah akal-akalan setan saja atau teriakan si hawa nafsu yang melarang kita menjadi mentor. Agar kita bisa asyik melakukan kelalaian-kelalaian tanpa rasa malu. Hingga bisa beralibi, “kan gue nggak punya adik mentor, jadi bisa ngelakuin apa aja”. Nah, lho, nggak dewasa banget kan?

      Trus ada yang bilang, takut nilai akademiknya terganggu, jadi menurun, bla bla bla. Ah, itu juga akal-akalan setan, justru dari menjadi mentorlah banyak yang prestasi akademiknya meningkat tajam. Ya, siapa yang tahu, adik mentor kita dalam heningnya di 1/3 malam mendoakan segala kebaikan kita, salah satunya bagus nilai akademik.

      Yang sudah jadi mentor pun, kadang masih canggung. Ada banyak perhelatan dalam hatinya yang terkadang menyurutkan niatnya untuk meng-istiqomahkan mentoring secara benar. Padahal tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi. Ketidak pahaman materi misalnya, bisa diselesaikan dengan membaca buku referensi yang tepat, misalnya buku Satriya Hadi Lubis tentang Menjadi Pementor yang Baik, selain itu buku Pemahaman Diniyah dan Wawasan Umum perlu juga kita baca, ditambah lagi sudah adanya buku panduan mentoring yang tersedia, permasalahan komunikasi bisa di selesaikan dengan latihan berbicara dari lingkungan yang kecil, mungkin dimulai dari depan satu orang, lalu lima orang, dan seterusnya hingga ada keyakinan pada diri untuk berbicara, atau mungkin berbicara di depan cermin , di atas kendaraan juga dapat menjadi media untuk latihan tambahan. Ketidak percayaan diri juga bisa dibantu dengan mencoba berfikir secara positif serta memandang kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan. Untuk kekhawatiran tidak dapat menjalankan amanah akan apa yang disampaikan, anda bisa mentekatkan dalam diri bahwa setelah anda menyampaikan sesuatu, maka anda kan langsung menjalankannya. Simple kan?

      Menjadi mentor idaman. Mentor mana yang nggak mau, coba?
Kalau artis-artis saja semangat buat jadi top artis dunia, kita yang sebagai muslim, harus lebih bersemangat untuk menjadi mentor idaman. Masa nggak mau jadi top role model di dunia per-mentoring-an? Minimal buat pribadi kita lah.

Untuk menjadi mentor idaman, tentunya tidaklah mudah. Namun percayalah, bahwa semua akan mudah atas ijin Allah. Ketika kita bingung memulai mentoring? Atau lupa sama materi yang akan disampaikan? Mungkin bisa dicoba beberapa tips berikut. Walaupun cuma tausiyah ringan tapi bisa dicoba di lapangan.

Before Action
Apa yang harus disiapkan sebelum mentoring?
      Sebenarnya sudah sangat jelas bahwa mentoring bertujuan untuk mengenalkan dan membina mahasiswa agar menjadi individu muslim yang berakhlak Islami, menjadi pendukung dakwah Islam dan menjadi penyebar dakwah di kampus dan masyarakat. Trus gimana caranya ?

      Kalau tujuan mentoring seperti itu, maka perubahan yang harus kita lakukan terhadap mente adalah perubahan perilaku, akhlak, dan fikrah keIslamannya. Artinya, kita harus mempersiapkan kekuatan maknawiyah (keimanan) sebelum terjun ke medan perang tarbawi ini. Biasakan untuk mengawali persiapan dengan tilawah agar perkataan kita diberi ‘bobot’ oleh Allah SWT, karena allah yang Maha membolak-balik hati hamba-hamba-Nya. Juga jangan lupa shalat malam sehari sebelumnya. Mudah-mudahan dengan persiapan ruhiyah yang cukup, lidah kita tidak kelu saat memberi materi mentoring. Trus apalagi persiapannya?

Persiapan materi.
      Saudaraku, ingatlah bahwa seluruh ucapan kita harus berlandaskan dengan ilmu. Bobot perkataaan kita juga akan bernilai jika didasari dengan referensi-referensi Ilahiyah dan pemikiran para pakar-pakar dakwah. Lebih bagus lagi kalau referensi yang disarankan juga kita baca. Tapi jangan lupa, jadilah mentor yang menyenangkan, jangan terkesan menggurui. Tips lainnya? Supaya persaudaraan kita dengan adik mentor tambah erat, sudah selayaknya sebelum mentoring kita mengingatkan adik-adik mentor untuk datang pada saat mentoring. Jika  ternyata adik mentor beralasan tidak bisa hadir, maka pastikan alasannya syar’i. Dan  tetap berikan simpati yang baik sambil tetap memberikan tausiyah yang memperkokoh ikatan persaudaraan dengannya.

At The Battle
Berikut ada beberapa tips singkat saat ’pertempuran’ itu berlangsung :
Sambut saudaramu dengan senyuman yang tulus. Senyuman yang penuh dengan rasa cinta fillah, kemudian ulurkan tanganmu, jabat tangannya dengan penuh kehangatan. Jangan malu untuk menunjukkan kehangatan ukhuwah. Kesan pertama bagi adik sangat menentukan proses mentoring selanjutnya. Ingat saudaraku : “Tak ada kesempatan kedua untuk memberikan kesan pertama”
Lakukan pembukaan (tahmid, shalawat, basmalah, tilawah).
Lakukan warming up (kalau memungkinkan) yaitu dengan menulis cepat harapan selama mentoring setelah diberitahukan topik mentoring, setelah itu lakukan review hasil menulis cepat.
Lakukan review materi sebelumnya, jawab pertanyaan jika ada yang bertanya.

Selalu ingatkan adik agar bersyukur bahwa kita dilahirkan dalam keadaan Islam, karena orang Islam akan dijamin masuk surga, bersyukur bahwa kita dilahirkan dalam keadaan sehat dan ingatkan bahwa beberapa implementasi dari bersyukur adalah ibadah yang benar, menuntut ilmu dengan benar.

Manfaat ukhuwah Islamiyah.
-          Tanyakan bagaimana kondisi adik-adik.
-          Sampaikan materi inti.
-          Menanyakan hajat satu persatu dan didoakan bersama-sama satu persatu. Misalkan masalah diniyah, kuliah, keluarga atau keseharian di kampus, bahkan permasalahan remaja sekalipun (curhat).
-          Pernyataan cinta fillah. Bersalaman-berpelukan kalau perlu pernyataan cinta fillah.

      Eits, ndak cukup dengan itu, kita juga harus membangun citra kredibilitas. Karena mentor tidak sekedar penyaji materi, namun lebih dari itu, mentor ibarat guru  kehidupan bagi mente.

      Membangun citra kredibilitas apa untungnya?
      Dengan membangun kredibilitas maka seseorang akan lebih tertarik untuk mentoring, performa oke dan memikat, juga penuh  wibawa. Percaya itu naluri. Karena dipercaya mente adalah sebuah kebutuhan tersendiri buat mentor. Untuk menambah wibawa, seorang mentor harus menambah ilmu agama kita. Karena mente-mente kita mengupdate informasi dari semua media. Kita juga harus menambah pengalaman dengan membina kelompok mentoring secara kontinu. Karena dari situ kita bisa banyak belajar dari kesalahan. Kemudian hafalkan beberapa ayat dan hadist favorit untuk menguatkan argumen. Katakan, TIDAK TAHU, bila memang tidak tahu. Tapi ngomongnya juga harus penuh wibawa, dalam konteks tawadhu', ngeles-ngeles dikit juga gpp lah..:). Kemudian berbagilah informasi eksklusif, karena tidak semua mentor dipercaya. (ex; di kampus ini tu ada ... , rencananya saya ngajakin rujakan di... , pokoknya seolah-olah eksklusif. tapi jangan sampekan hanya pada satu mente.). Selain itu, gunakan ketrampilan khusus yang dipunyai (ex: nasyid, visualisasi video, film, presentasi, gambar, tulisan, sholawatan, puisi, dll). Dan yang TERPENTING, jangan mau di upah oleh mente. Karena akan membuat rasa sungkan. Jika kita meneria, berarti kita “geleman”. Padahal mentor itu beda dengan mubalek. Tahu kenapa? Karena mentoring itu mengubah dari tahu menjadi fikroh, dari mengerti menjadi gaya hidup. Mentoring menyajikan hati, dari hati itu Allah menghadirkan hidayah yang membukakan pintu-pintu hati mente. #insyaAllah. Selanjutnya, seorang mentor harus bisa menampilkan yang terbaik di dalam (hati), so, kita harus punya kaidah-kaedah tertentu. Selanjutnya yang SPECIAL, seorang mentor harus menjadikan zuhud sebagai teladan.(sederhana, tidak melebihkan apa yang sudah cukup), “dan rasul adalah sebaik-baik zuhud”. Maka dapat disimpulkan seorang mentor harus meneladani Rasulullah SAW. Seorang mentor juga harus bersikap hati-hati (wara') saat berpendapat. Karena setiap ucapan kita diikuti oleh mente. Dan yang terakhir, menjaga iltizam dalam janji. So, budayakan ONTIME!!!

      Selain yang kupaparkan di atas, penting bagi seorang mentor untuk belajar filosofis dan ilmu-ilmu pendidikan modern. Mengapa? karena pada dasarnya mementor adalah pekerjaan mendidik.
Saat Rasulullah diberi kewajiban menyebarkan wahyu, yang dilakukannya adalah mendidik. Saat Hasan Al-Banna senang sekali mengajarkan orang lain, di kafe, di bis, di jalan, yang dilakukannya adalah mendidik. Termasuk juga Rahmat Abdullah termasuk ke dalam pendidik ulung yang mampu menghasilkan pendidik-pendidik baru. Sejauh apa kita bisa menjadi pendidik yang baik, sejauh apa pula kita belajar menghayati lebih jauh tentang filosofis pendidikan. Baik makna pendidikan secara umum (dalam KBBI) dan secara khususnya pendidikan islamiyah (tarbiyah islamiyah). Meski sebagian orang mendikotomikan keduanya, namun pada dasarnya penghayatan kepada kedua hal tersebut berasal dari filosofis yang sama : Belajar Seumur Hidup a.k.a Continuos Improvement a.k.a Tarbiyah Madal Hayah.

      Kondisi zaman yang telah berubah, menyebabkan pola-pola konservatif tidak bisa digunakan lagi. Itulah mengapa para mentor harus mencari cara baru agar para mentee lebih bisa tertarik belajar Islam dengan semangat. Jangankan untuk tertarik, yang paling awal adalah : bagaimana para mentee mau datang? Dengan itu, kreativitas dan paradigma baru tentang membina harus diperbaharui sesuai dengan karakter orang-orang masa kini. Namun, saat kita menyadari bahwa kreativitas dan paradigma yang baru, tanpa dibekali dengan pengetahuan dengan metode yang baru/modern pula, maka cara yang pada akhirnya digunakan adalah cara-cara yang lama. Yang pada akhirnya, meskipun teknis bukanlah segalanya, saat ini kita juga harus belajar teknis modern sesuai dengan teori pendidikan modern. So, siap mengamalkan? # Budal, Hajar, Allahu Akbar!!!

REMINDER!!!
Rambu-rambu silang yang harus dipatuhi oleh seorang mentor ketika mentoring:
-          Hati-hati dengan bau mulut dan bau badan! karena bisa menghilangkan keberkahan.
-          Jangan banyak mengeluh di depan mente.
-          Jangan berlebihan dalam bercanda.
-          Jangan suka mengumbar kemarahan (kalaupun harus marah, marahnya harus mendidik).
-          Jangan menjelekkan mente di depan mente lain.
 “mente harus di ibaratkan sebuah mutiara yang kecemplung di selokan.”, karena betapapun itu mutiara tetap mutiara, dan kita sebagai mentor wajib menjadikan mutiara itu kembali ke dalam kotak kaca nan indah.
-          Jangan menegur di hadapan umum.

      So, pada INTI-nya mentor idaman adalah dia yang menguasai ilmunya, punya bekal psikologi SDM, penuh keikhlasan, penuh kasih sayang dan berkorban untuk yang dididik, sebelum dan sesudah memberikan ilmu haruslah berdoa (terhubung dengan Alloh, mantab ibadahnya, jos rukiyahnya). So, SEMANGAT akhi, ukhti. Jangan tunggu diberi, tapi kita harus mencari. Kesalehan pribadi ini harus segera menjadi kesalehan sosial… budal, hajar, Allahu Akbar!!!

Di kolong langit
Surabaya, 10 Desember 2012

Referensi: Pengalaman Pribadi, Bingkai Kehidupan Ridwansyah Yusuf, Mohammad Reyzha Kusuma’s statement in the 1st material on the 3rd SekMen ( http://generasijihad.blogspot.com/2012/12/materi-1-sekmen-3.html,)

Oleh:
Riskha Tri Oktaviani
085730220329
Staff Media FORSIS ITS
-semoga manfaat-


2 komentar: