- Jumat, 26 Juli 2013

Umat Islam Kini :: MIRIS

Umat islam kini, Miris! Ya, judul itu sungguhlah tepat untuk membahasakan kondisi kekinian umat islam. Permasalahan umat islam saat ini jika dipikirkan dengan seksama tidak pernah kunjung habis. Justru bisa dikatakan selalu muncul masalah baru yang kian bertubi-tubi seiring berhelatnya si mata pedang. Sungguh miris ketika direnungkan kembali, karena mayoritas penduduk dunia adalah islam. Lebih miris lagi ketika mendapati negara kita tercinta, Indonesia. Yang notabene terkenal sebagai bangsa dengan jumlah penduduknya yang mayoritas muslim ini, ternyata masih tidak bisa menyelesaikan permasalahan bangsa yang ada. Pribadi-pribadi muslim itu bak buih yang mengambang, tiada jelas arah dan tujuan, dan cenderung mengikuti arus zaman saat ini. Pribadi-pribadi itu tidak bisa membawa perbaikan dan perubahan ke hal yang positif terhadap kehidupan masyarakat saat ini. Jangankan masyarakat, di antara mereka ada yang tidak membawa kehidupan pribadi mereka menuju hal-hal yang baik. Seperti inikah kondisi negara muslim terbesar di dunia? Mengecewakan!.


Apa yang membuat hal ini bisa terjadi?
Jika kita berkaca pada kondisi ideal umat islam. Umat islam kini sungguh bukanlah umat yang ideal. Betapa tidak? kondisi umat islam kini telah berbalik 180 derajat dari ideal yang sebenarnya.

Dalam Q.S Al-Imran : 110 disebutkan bahwa umat muslim memiliki kelebihan dari umat yang lain. Tentu hal ini seharusnya menjadi pemicu bagi kita umat muslim untuk terus menjadi yang terdepan. Kondisi ideal umat muslim itu meliputi 3 hal :

a.    Khoiru Ummah
Umat Islam memiliki supremasi dalam segala bidang, yaitu bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, ilmu dll. Kekuatan digalang dari semua aspek kehidupan. Hal ini tertuang dalam Q.S Al-Imran : 110, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

b.    Ummatan Wasatho
Umat Islam bisa menjadi penengah dan pemberi solusi terhadap persoalan global maupun regional. Think globally act locally. Umat Islam bisa memberikan kontribusi nyata kepada lingkungan masyarakatnya. Hal ini tertuang dalam Q.S Al-Baqarah : 143, “...Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...

c.    Ummatan Wahidah
Umat Islam yang bersatu padu dalam ikatan amal jama’I yang kuat. Sehingga ibarat kumpulan lidi yang kemudian disatupadukan agar memiliki manfaat yang lebih besar. Hal ini tertuang dalam  Q.S Al-Anbiyaa’ : 92, "Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama (untuk) kamu semua; agama yang satu, dan Aku adalah Rabb-mu, maka sembahlah Aku."

Namun, Melihat Kondisi Faktual Umat Islam saat ini, sekali lagi, sungguh miris. Mengaca pada bangsa kita yang notabene berpenduduk mayoritas Islam, sudah seharusnya antar sesama muslim bisa saling hidup rukun, saling beramal jama’i sehingga pengaruh positif bagi bangsa pun akan terasa. Pada kenyataannya umat Islam di negeri kita sedang mengalami berbagai krisis, yaitu :

Krisis pemahaman
Pemahaman tentang keislaman warga Negara Indonesia dinilai masih kurang. Hal ini tentu berdampak pada pengamalan-pengamalan keseharian. Sehingga banyak umat yang hanya menjalankan apa yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Dan karena kurangnya pemahaman ini, umat islam bisa dengan mudah dipengaruhi paham lain, ikut-ikutan bangsa barat, baik secara fun,fod and fashion. Kemudian yang lebih mengerikan lagi, umat islam mudah diracuni oleh produk-produk zionis, dan mudah diperangi pemikirannya (ghazwul fikr) dengan berbagai media.

Krisis identitas
Bangsa kita yang katanya merupakan bangsa dengan warga Negara yang menganut Islam terbanyak seharusnya berdampak pula pada sikap dan moral bangsanya. Mengaku Islam tetapi kadang tidak berperilaku secara Islam. Bisa juga dibilang hanya ”islam KTP”. Coba kita tengok  bangsa Jepang yang bisa dibilang tidak mengenal Tuhan, tetapi mereka bisa hidup secara teratur seolah mereka memiliki Tuhan yang selalu mengawasi.

Krisis Orientasi Sosial
Fenomena si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin inilah yang sering dijumpai di masyarakat kita. Kemampuan meraba (empati) antar sesama masih perlu ditingkatkan, terutama untuk daerah perkotaan yang segalanya serba canggih. Dengan perkembangan teknologi di perkotaan, membuat masyarakatnya semakin sedikit berinteraksi dengan lingkungannya dan berakibat pada kepekaan sosial yang kurang. Padahal sesungguhnya banyak umat islam yang berkompeten untuk mengentaskan kemiskinan. Menghilangkan disparitas si kaya dan si miskin. Menekan indeks gini, supaya tidak terjadi kesenjangan sosial yang semakin melebar. Sehingga umat islam tidak mudah terpedaya oleh iming-iming umat lain (entah apa namanya, kristenisasi atau baratisasi) yang membuat umat islam bahkan bisa keluar dari islam.

Krisis Ukhuwah
Rasa persaudaraan antar umat muslim yang dinilai masih kurang menjadi penyebab sulitnya bangsa kita untuk maju. Banyak terjadi tawuran, perpecahan aliran atau golongan yang membuat islam menjadi tidak satu. Sebagai contohnya adalah peperangan antara Palestina dan Israel, tawuran mahasiswa yang merasa organisasinya (HMI) dihina oleh sekelempok orang Selasa pagi yang lalu di (kalau nggak salah) Makasar. So, Nilai-nilai ukhuwah seperti ta’aruf, tafahum, dan ta’awun perlu diasah lagi untuk menciptakan kesolidan.

Krisis Kepemimpinan
Sulitnya menemukan figur pemimpin yang mendekati Rasulullah saw dan para sahabat membuat bangsa kita kekurangan teladan kepemimpinan. Para pemimpin kita sudah banyak yang mencontohkan keburukan, seperti korupsi. Akibatnya, masyarakat sudah tidak respek lagi kepada para pimpinan negeri ini.

Pembenahan pada kondisi faktual umat Islam kini perlu dilakukan secara serius. Tantangan Islam ditengah globalisasi semakin berat. Mulai dari tantangan microchip technology, computer technology, satelit technology, dan transportation technology. Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya sudah ada solusi yang dapat memeranginya. Namun semuanya memang harus melihat diri masing-masing. Karena semua berawal dari pribadi masing. Solusi yang utama adalah berpegang teguh pada al-quran dan as-sunnah. Karena sesungguhnya jika kita mengamalkan apa yang menjadi pedoman hidup kita tersebut, maka umat islam pasti maju. Kemudian melakukan pembinaan-pembinaan sejak dini, seperti mentoring. Saling mengingatkan antar sesama muslim dan melakukan amal jama’i juga merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah. Memberdayakan ekonomi umat untuk mengatasi masalah kemiskinan, dan membenahi pendidikan islam, mempelajari islam untuk meningkatkan pemahaman terhadap islam. Juga memilih pemimpin yang berkualitas dari segala sisi. Sehingga sangat diiharapkan nantinya bangsa kita yang mayoritas umat Islam bisa bertindak kongkrit untuk menjawab permasalahan umat dan menhadapi tantangan globalisasi itu. Untuk mewujudkan masyarakat madani dan menjadi Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (Negara sejahtera yang penuh ampunan Allah). (Risk^^)



*Essay PSI 2 "D'Probio1"
*risk*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar