- Rabu, 24 Juli 2013

Resume::Yang Berguguran di Jalan Dakwah



“YANG BERGUGURAN DI JALAN DAKWAH” Sebuah Introspeksi Dalam Perjalanan Dakwah, Pengarang : FATHI YAKAN

dakwah adalah cinta, dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu
PENDAHULUAN
Fenomena berjatuhan (seperti : penyelewangan, penyimpangan, pengunduran diri dsb) dalam perjalanan dakwah adalah gejala umum, mencemaskan dan kronis. Diantara mereka ada yang meninggalkan dakwah dan tidak meninggalkan islam, ada pula yang meninggalkan jamaah dan mendirikan jamaah lain bahkan ada yang meninggalkan dakwah dan meninggalkan islam secara bersamaan.

Dalam banyak hal dan waktu, gejala berjatuhan ini menjadi faktor pendukung tersebarnya gejala negatif lain yaitu terpecahnya amal islami yang pada gilirannya berjatuhanlah para aktifis dan da’i dalam kancah pertarungan kalangan islam sendiri.

Yang harus menjadi  peringatan adalah bahwa fenomena ketergelinciran ini tidak saja menimpa barisan depan, para pendiri gerakan dan para pendahulu tapi juga para penerusnya.
Jika sebagian orang menilai jatuhnya mereka yang “berjatuhan” sebagai suatu fenomena sehat yang harus terjadi guna memperbaharui sel-sel inti dan membebaskan diri dari hambatan pergerakan, namun sejatinya ini adalah persepsi yang tidak baik sama sekali. Tetapi fenomena “berjatuhan” sesungguhnya lebih menyerupai banjir yang menghanyutkan segala yang berharga dan tidak berharga. Padahal di QS. Al Anfal Allah mengingatkan : “ Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang yang dzolim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanya.”



BAB I FENOMENA YANG BERJATUHAN DI MASA NABI
Berikut adalah beberapa fenomena yang berjatuhan di masa nabi :

1.         Para pembelot perang Tabuk.
Ka’ab bin Malik, Murarrah Ibnu AR Rabi’ dan Hilal bin Umayah adalah 3 orang muslim yang membelot bukan karena ragu-ragu dan bukan karena sifat nifaq. Karena pada ketiganya sesungguhnya tidak pernah diketahui kecuali kebaikan. Akan tetapi mereka membelot lebih karena menunda-nunda persiapan. Namun apa yang terjadi adalah ketiganya tidak ikut serta dalam perang tabuk hingga Rosullullah kembali. Hal ini mengakibatkan Rosullullah memerintahkan kepada para sahabat beliau : “ Janganlah kalian berbicara dengan seorangpun diantara mereka bertiga!”

Pengucilan oleh Rasul dan para sahabat terhadap Ka’ab bin Malik, Murarrah Ibnu AR Rabi’ dan Hilal bin Umayah, sangat menyiksa bagi ketiganya sebagaimana disebutkan Allah bahwa bumi ini terasa sempit bagi mereka. Bahkan para istrinyapun dilarang untuk melayani kebutuhannya. Pengucilan itu mereka alami sampai lima puluh hari dan pada pagi kelima puluh barulah Rosulullah mengumumkan kepada manusia bahwa Allah menerima taubat ketiganya yaitu dengan turunnya QS. At Taubah : 117-119 : “Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”

Namun satu yang harus menjadi catatan adalah bahwa ketiganya ketika itu tidak berdusta kepada Rosulullah sebagaimana orang-orang munafiq membela diri dengan berdusta. Mereka tetap bersabar hingga Allah memutuskan persoalan mereka. Dan mereka bertiga termasuk orang yang ditangguhkan.

2.         Hathib Ibnu Abi Balta’ah
Hathib Ibnu Abi Balta’ah adalah salah seorang sahabat Rosul yang terjerumus kepada hal “pembocoran rahasia negara dan pengkhianatan besar”. Ketika Rosulullah memutuskan untuk suatu perjalanan ke Mekah, Hathib bin Abi Balta’ah menulis sepucuk surat kepada orang Quraisy yang mengabarkan tentang bersepakatnya Rosulullah untuk suatu perjalanan menuju mereka (Quraisy). Surat tersebut diberikan pada seorang perempuan dari kabilah Muzainah, budak dari Bani Abdulmunthalib. Kemudian Allah menurukan wahyu pada Rosul atas apa yang diperbuat Hathib. Maka Rosul pun segera mengutus Ali bin Abu Thalib dan Zubair bin Awwan untuk mengejar perempuan tersebut. Yang menjadi alasan Hathib adalah bahwa ia khawatir keadaan keluarganya yang ada di kalangan orang Quraisy karena Hathib tidak memiliki sanak keluarga di kaum Muslimin. Namun demikian Hathib akhirnya diampuni oleh Rosulullah karena sebagai salah seorang ahli Badr dan Allah menurunkan QS. AL Mumtahanah 1-4 terhadap peristiwa Hathib :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, ...Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja... dst sampai akhir ayat.”

3.         Peristiwa Bohong (Haditsul Ifk)
Peristiwa Haditsul Ifk ini terjadi ketika Rosulullah melakukan perjalanan dan yang keluar undiannya dari istri beliau untuk mengikuti perjalanan itu adalah ‘Aisyah r.a. Peristiwa ini berawal dari jatuhnya kalung aisyah ketika beliau keluar dari tandu untuk suatu keperluan. Tanpa diketahui bahwa aisyah keluar dari tandu tersebut dan belum kembali karena masih mencari kalungnya yang jatuh, rombongan berangkat tanpa menyadari bahwa Aisyah tertinggal. Aisyah berharap bahwa rombongan akan segera menyadari ketiadaan dirinya dan tetap menunggu di tempat pemberhentian semula. Namun hingga Shafwan ibnul Mu’athtal As Sulami yang diberi tugas berjalan dibelakang pasukan sebagai pasukan “sapu bersih” itu melewati tempat Aisyah, rupanya rombongan masih tidak menyadari ketertinggalan Aisyah. Dan Akhirnya Aisyah menumpang di unta yang di tuntun oleh Shafwan. Maka fitnah pun tidak dapat dihindarkan. Rosulullah pun berpaling dari ‘Aisyah dan Aisyah pindah ke rumah orang tuanya karena melihat Rosulullah tidak senang padanya. Aisyah demikian menderita dengan peristiwa berpalingnya Rosul darinya hingga sampailah berita itu padanya bahwa Misthah dan Hamnah binti Jahsy dan juga Abdullah bin Ubbay telah menyebarkan berita bohong. Fitnah itu telah menyakiti kehormatan Rosul hingga akhirnya turun wahyu yang menyatakan Aisyah bersih dari apa yang dituduhkan. Ayat yang turun berkenaan dengan fitnah terhadap Aisyah ini dalah QS. An Nuur : 11-12 :

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata"

4.         Masjid Dhirar
Masjid Dhirar adalah masjid yang didirikan untuk memecah belah kaum muslimin, maka Rosulullah memerintahkan untuk menghancurkannya. Kepada Mereka diturunkan pula QS. At Taubah :107 : “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).”

5.         Peristiwa Abu Lubabah
Ketika Rosulullah mengutus Abu Lubabah bin Abdil Munzir kepada Bani Quraizah guna memenuhi tuntutan mereka setelah mereka mengkhianati dan membatalkan perjanjian dan bersekongkol terhadap umat islam –muncul darinya apa yang dianggap khianat pada Rosulullah. Namun laki-laki itu, begitu terjerumus, cepat menyadari dan menyesali perbuatannya serta menebus kesalahannya dengan mengikatkan dirinya ke tiang masjid. Terhadap peristiwa Abu Lubabah ini turun QS. Al Anfal :27 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Disamping kelima peristiwa yang dikemukakan diatas masih banyak lagi contoh-contoh sepanjang sejarah. Namun pada peristiwa-peristiwa tersebut umumnya berakhir dengan kesadaran oknum atas kesalahannya dan bersegera taubat serta insyaf tanpa sikap yang berlebihan ataupun terus menerus berlaku salah. Disana nampak adanya kesucian niat, kebersihan maksud, keaslian inti serta dorongan kuat atas kesatuan barisan dan komitmen berjamaah. Ini amat berbeda dengan yang berjatuhan di zaman modern ini dimana fenomena berjatuhan dewasa ini ditujang oleh penyakit gawat, buruk dan keras seperti hilangnya kesetiaan, hapusnya kekeluargaan, kemunafikan serta kedengkian dan penipuan atas umat islam. Para pemecah belah tidak cukup hanya mengacau badan memecah belah barisan bahkan mereka menantang perang saudara mereka sendiri. Ini tentu bukanlah akhlaq dan ajaran islam. Karena Rosulullah pernah bersabda sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah : “Kemuliaan seorang mu’min adalah agamanya, peradabannya adalah akalnya dan kehormatannya adalah akhlaknya.”

BAB II SEBAB-SEBAB BERJATUHAN

Sebab-sebab berjatuhan bisa terletak dari pergerakan, individu maupun situasi yang menekan.
1.         Sebab-sebab yang berhubungan dengan pergerakan.
Sebab-sebab yang menyebabkan individu dakwah berjatuhan dan tanggung jawab berada di pundak pergerakan antara lain :

a.       Lemahnya segi pendidikan
Pendidikan atau tarbiyah mengambil posisi penting dalam pengontrolan setiap individu aktifis dakwah. Para aktifis yang telah berada pada posisi politis, administratif dan lainnya seringkali menyangka telah mencapai puncak aktifitas dan telah mewujudkan kemenangan tanpa merasakan kehampaan jiwa, kemuduran pendidikan dan kemerosotan iman dalam kehidupannya. Padahal Rosulullah bersabda “ Sesungguhnya iman itu telah menjadi lusuh (rapuh) dalam diri kamu sebagimana pakaian menjadi lusuh. Maka mintalah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu. “ (HR. Tabrani dan Hakim)

Islam mengajarkan bahwa manusia itu selalu dalam ujian bersama dakwahnya dan selalu dalam cobaan bersama dirinya. Karenanya dia diharuskan untuk  memperhatikan dirinya, ingat Rabbnya, mengontrol kelakuannya dan menyuburkan imannya. Pergerakan yang lemah kemampuan pendidikannya untuk memenuhi kebutuhan individunya akan kontrol dan pendidikan maka bangunan dan tubuhnya mudah diserang penyakit, sebaliknya apabila perhatian dan imunitas pendidikannya terpenuhi maka akan memiliki imunitas (daya tahan). Ikatan Individu dan pergerakannya haruslah didasarkan atas ikatannya dengan Allah dan Islam. Pergerakan hanyalah sarana dan bukan tujuan.

b.       Tidak menempatkan individu pada posisi yang tepat
Pergerakan yang mempunyai kesadaran dan kematangan adalah pergerakan yang mengenal kemampuan, kecenderungan dan pembawaan masing-masing personalnya. Mengenal titik-titik kekuatan dan kerawanan mereka. Dari situlah pergerakan bisa menempatkan “the right man in the right place”. Apabila pergerakan dalam proses pemilihan posisi memutuskan tanpa pandangan-pandangan obyektif maka rusaklah keseimbangan  (equilibrium) dalam segala jaringannya. Karena “apabila suatu urusan dalam suatu pergerakan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya..”
Oleh karenanya pergerakan berkewajiban mengklasifikasikan potensi personal-personalnya menurut spesialisasi reputasi mereka seperti bidang pendidikan, politik, keuangan dan ekomomi maupun urusan olah raga dan seterusnya.

c.        Distribusi penugasan yang tidak merata pada setiap individu
Fenomena ini termasuk fenomena yang paling berbahaya bagi pergerakan karena aktifitas tertumpuk pada tangan sekelompok tertentu sementara sebagian besar personalnya tidak kebagian pekerjaan. Pergerakan yang memiliki potensi tenaga yang bermacam-macam haruslah menyusun program dan perencanaan sesuai dan seimbang dengan setiap bidang dan spesialisasinya. Kesuksesan pergerakan dalam mendistribusikan tugas tenaga-tenaga personalnya merupakan awal kesuksesan dan kemajuannya. Setiap individu dalam pergerakan haruslah bertanggung jawab dan perperan, merasa sebagai anggota yang produktif dan aktif bekerja sesuai kapasitasnya. Penugasan yang benar adalah penugasan yang tidak mensia-siakan tenaga walaupun kecil.

d.       Tidak adanya monitoring individu
Diantara faktor yang mendorong berjatuhan individu-individu dari pergerakan adalah tidak adanya pemantauan terhadap mereka, juga tidak adanya perhatian pergerakan terhadap situasi-situasi khusus atau umum yang berpengaruh kepada mereka.Individu-individu pergerakan seperti juga manusia lainnya yang mengalami situasi-situasi gawat, krisis dan problematika yang bermacam-macam. Jika pergerakan memantu dan menolongnya maka mereka dapat melaluinya dengan selamat dan jiwa mereka penuh kepercayaan terhadap pergerakan. Mereka akan mengiring langkahnya dengan semangat dan pengabdian yang meningkat. Namun apabila yang terjadi sebaliknya maka mereka akan ditimpa kekecewaan dan kekosongan jiwa yang akan melemparkan mereka keluar dari lingkungan pergerakan. Sabda Rosulullah : “Perumpamaan orang mukminin dalam hal saling mencintainya, kasih sayang dan kesetiakawanan antara mereka seperti satu tubuh, yang apabila salah satu anggota tubuhnya mengeluh sakit maka seluruh tubunhnya saling terpanggil untuk sama-sama merasakan berjaga semalaman dan demam.” (HR. Muslim)

Dalam pergerakan, pemantauan bisa dilaksanakan dari dua segi yaitu dari pihak organisasi diantara jaringannya dan dari pihak persaudaraan diantara individu-individunya.

e.       Tidak menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat
Efek dari tidak menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat akan berakibat pada kekusutan berbagai urusan dan problema dan menemukan jalan buntu. Pada hakekatnya cepatnya memutuskan berbagai urusan dan mengatasi segala permasalahan dapat membebaskan pergerakan dari kelesuan. Menjauhkan dari ancaman dari dalam yang sering berakhir dengan kerugian dan berjatuhannya sebagian mereka dan berjatuhannya yang lain.

f.         Konflik Internal
Konflik internal menjadi musibah paling berbahaya bagi pergerakan yang mengakibatkan kehancuran dan perusak yang meruntuhkan. Sebab-sebab antara lain : Lemahnya kepemimpinan dan tidak mampu konsolidasi, Adanya tangan tersembunyi dan kekuatan dari luar yang sengaja menyebar fitnah, perbedaan watak akibat perbedaan latar belakang, persaingan kedudukan, tidak adanya komitmen pada politik, institusi dan dasar pergerakan,  Kefakuman aktifitas dan produktifitas yang harusnya menjadi kesibukan para aktifis dakwah.

g.       Kepemimpinan yang tidak ahli dan qualified
Kelemahan kepemimpinan dan ketidakmampuan merangkul dan memelihara barisan pada setiap periode, situasi dan kondisi bisa berakibat pada berjatuhannya individu. Karenanya sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang yang memegang kepemimpinan pergerakan adalah sbb:

·         Mengenal dakwah : mengenal ideologi, doktrin dan organisasi serta mengikuti kegiatan dan aktifitas pergerakan.

·         Mengenal diri sendiri :mengakui dan menyadari kelemahan diri, menemukan kekuatan yang ada pada dirinya, berambisi untuk mengembangan pengetahuan umum dan mempunyai perhatian terhadap berbagai tokoh pemimpin.

·         Pengayom yang kontinu/ Perhatian penuh :perhatian dari pimpinan akan memantapkkan dan memperteguh kepercayaan individu dakwah.

·         Teladan yang baik : Individu akan menjadikan pemimpin mereka sebagai contoh suri teladan sebagaimana QS. AL Ahzab : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”

·         Pandangan yang tajam : Kemampuan melakukan penilaian yang cepat dan tepat akan memberikan keputusan yang tepat

·         Kemauan yang kuat

·         Kharisma kepribadian yang fitrah : Akan mempesona hati tanpa kesulitan

·         Optimisme : diliputi cita-cita dan jiwa yang bersih.

2.         Sebab-sebab yang berhubungan dengan individu
Dengan adanya tanggung jawab pergerakan terhadap fenomena berjatuhan tidak menjadikan individu terbebas dari pertanggungjawaban karena sesungguhnya kebanyakan sebab-sebab fenomena berjatuhan itu bersumber dari para individu sendiri. Berikut adalah sebab-sebab yang bersumber dari individu :

a.       Watak yang tidak disiplin: tidak mau berasimilasi dan beradaptasi dalam lingkungan jama’ah dan berkeinginan kuat mempertahankan sifat-sifat kepribadiannya.

b.       Takut terancamnya diri dan periuk nasi : takut mati dan miskin sehingga setan masuk melalui pintu ini : QS. An nisa :120 “Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”

Cobaan terhadap jamaah ini juga sudah disampaikan Rosulullah dalam salah satu sabdanya : “ Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang yang lebih shaleh kemudian menyusul lagi yang lebih utamanya. Sesorang dicoba sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya lemah, ia dicoba menurut kadar agamnya itu. Cobaan itu selalu datang kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan di atas bumi ini sedang tidak ada atasnya kesalahan.”(HR. Bukhari, Ahmad dan Turmidzi)
“ Celakalah abdi dinar, abdi dirham, abdi pakaian, celaka dan sengsaralah ia. Bila ia tertusuk duri maka ia tidak akan tercabut” (HR. Ibnu Majah)

c.        Sikap Ekstrim dan berlebih-lebihan (axcessive): membebankan diri di luar kemampuan dan tidak menerima sikap pertengahan. Orang zuhud bukanlah orang miskin yang kantongnya tidak berisi dinar dan dirham. Akan tetapi orang zuhud adalah yang apabila ketiban harta duniawi, ia tidak lantas menjadi sombong dan durhaka dan jika tidak mendapatkan hal-hal duniawi ia tidak sedih dan kafir..

d.       Sikap terlalu bermudah-mudah dan meremehkan : Sesungguhnya gunung terdiri dari batuan kerikil kecil. Orang yang terlalu bermudah-mudah dalam melaksanakan perintah Allah dan komitmennya dengan hukum Syara’ mereka akan mendapatkan dirinya terdorong dari sikap bermudah-mudah dalam hal-hal kecil kepada hal-hal yang besar.Orang yang terbiasa meremehkan berbagai hal tidak akan mampu memikul kewajiban pada suatu waktu. Dalam salah satu hadist riwayat Nasa’i dari Aisyah Rosulullaj bersabda : “Hai Aisyah! Hendaklah engkau menjauhi sikap mengecil-ngecilkan dosa. Sesungguhnya dosa-dosa itu itu mempunyai penuntut dari Allah.”

e.       Tertipu kondisi gemar menampilkan diri : Sabda Nabi s.a.w : “Sesungguhnya yang paling saya takutkan atas umatku adalah syirik kepada Allah, saya tidak mengatakan mereka menyembah matahari, bulan atau berhala, tetapi adalah amal-amal yang bukan karena Allah dan dan keinginan tersembunyi.” (HR. Ibnu Majah). Sesungguhnya dakwah Islamiah tidak layak untuk orang yang congkak dan sombong dan orang yang takabbur dan angkuh.”Tiga perkara yang membinasakan yaitu : bakhl yang diperturutkan, nafsu yang tak terkendali dan kekaguman seorang akan dirinya sendiri” (HR. Tabrani)

f.         Kecemburuan terhadap orang lain
“ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. An Nisa : 54)

g.       Bencana senjata
Fenomena ektrimisme yang paling berbahaya adalah apa yang ada hubungannya dengan penggunaan kekuatan (senjata)

3.         Sebab Tekanan Luar (External Pressure)
a.       Tekanan dari suatu cobaan : “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut : 1-3) Cobaan ini merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjatuhnya sebagian orang dalam lingkungan islam, bersamaan itu bagi sebagian orang sebaliknya menjadi faktor penguat, menjadikan terpercaya, tangguh serta mantap.

b.       Tekanan keluarga dan kerabat : Sedikit sekali orang yang bisa selamat dari tekanan ini karena diusik kekhawatiran terhadap anak-anak mereka yang ditimpa penbderitaan seperti yang menimpa para da’i, pejuang dan aktivis pada setiap masa dan tempat..Padahal Allah telah mengingatkan di QS. At Taubah : 24 : “Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

c.        Tekanan lingkungan (Environment Pressure) : Diingatkan bahwa Imam Syahid hasan Al Bana ketika melepas seorang saudara ke negeri asing maka dua hal yang beliau ingatkan yaitu perempuan dan minuman keras.

d.       Tekanan gerakan agitasi : Gerakan agitasi tidak ada pekerjaan selain menyebar keragu-raguan dan kritik seolah cangkul yang menghujam dan meruntuhkan pergerakan Islam atas nama Islam. Bangkitnya kelompok-kelompok Islam tersebut mengakibatkan timbulnya kerancuan gambaran Islam dan kerancuan kepribadian Islam dan membawa pada kerancuan amal islam itu sendiri.

e.       Tekanan figuritas : Kekaguman perhadap tokoh dan embel-embelnya masuk sebagai penyakit kekaguman dan tertipu, cinta kebesaran dan ananiyah. Hal inipula yang menjerumuskan iblis ketika ia berbangga dengan dosanya lalu berkata :
“Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al A’raaf : 12)
Penokohan merupakan malapetaka bagi kehidupan dakwah dan menjadi pintu gerbang syaitan masuk dalam diri mereka.

Terakhir, Segala puji bagi Allah Rabb pemelihara semesta. Mohon Kebenaran, kemantapan dan husnul khotimah. Kita berlindung denganNya dari kehilangan nikmat, kedahsyatan siksaan, kehilangan kesehatan dan buruknya kesudahan. Sesungguhnya Dia Maha Menerima doa hambanya.. Amiin.


sumber: Buku "Yang Berguguran di Jalan Dakwah"
kolong langit l 22.18 l 15 Ramadhan 1434 H 
*risk*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar