Tulisan ini ditulis oleh seseorang yang sangat mengispirasi saya. Tidak indah rasanya jika apa yang saya dapatkan tidak saya bagi kepada orang lain. Semoga buah pena beliau ini bermanfaat untuk kita semua. ^,^Selamat membaca.....
Surabaya, 11 Juni 2012 @6.17 am
…ditulis (kembali) dengan semangat saling muhasabah
buat kita semua. Sebuah kafilah besar, yang dinamakan aktivitas dakwah kampus
KODE
ETIK IKHWAN AKHWAT? GAK PENTING!
Indah,
adalah suatu pernyataan relatif. Artinya tidak semua orang berpendapat sama
tentang keindahan sesuatu hal. Ada poin-poin pribadi yang melatari sebuah
kecintaan. Hal yang tidak menjadi persengketaan adalah masing-masing diri
memiliki kecenderungan hati untuk senantiasa mencintai keindahan.
Era
kebebasan wanita yang terkadang (pastinya telah) disalah-gunakan pihak yang
berkedok perjuangan sesat kesetaraan wanita, secara sengaja ataupun tidak telah
membuka ‘kran’ fitnah. Fitnah yang
bertopeng keindahan, berwujud kecenderungan bernama cinta.
Adalah
hal yang sudah tidak jarang kita lihat, percakapan ikwan akhwat tanpa hijab, tanpa muhrim dan dibumbui dengan senda gurau yang “dipaksakan” . Bukanlah
hal baru, beberapa tahun yang
lalu, sebuah majalah dakwah mengungkap adanya fenomena “CBSA” (Cinta Bersemi
Saat Aktif) yang menjalari para aktivis dakwah kampus. Menurut majalah itu, trisno jalaran soko kulino (cinta hadir
karena terbiasa) lah penyebab “VMJ” (Virus Merah Jambu) tersebut.
Begitulah,
memang adanya. Berawal dari niatan yang
ikhlas, dakwah, menyelesaikan masalah umat, tetapi saat jiwa lengah, tiba-tiba berubah haluan menjadi pemuja
berhala bernama cinta. Bermula dari pertemuan yang “terpaksa” karena tujuan
mulia hingga menjadi terbiasa,
dan puncaknya ketika tak berjumpa, hati merana, merasakan kehilangan,
sendiripun menjadi
hal yang tak biasa.
“Kesalahan” ini merupakan tanggungjawab
bersama, tidak hanya menjadi PR bagi akhwat saja atau ikwan saja. Untuk
“menyembuhkan” harus ada pihak yang merasa bersalah, mau “bertobat”, dan pihak
yang menciptakan lingkungan kondusif (untuk menjaga hati). Tak bijak rasanya,
bila menyalahkan interaksi antara keduanya. Karena semenjak diutusnya nabi Adam
hingga nabi penghujung, Muhammad SAW, telah dikisahkan interaksi antara keduanya
(ikhwan akhwat) , yang menandakan kebolehan adanya.
Dalam
Al-quran dikisahkan interaksi antara nabi Musa muda dengan dua akhwat, putra
Nabi Syu’aib. Nabi Musa bertanya tentang keperluan mereka dan mereka menjawab
secara wajar, Nabi Musa pun akhirnya membentu mereka dengan sopan. Seperti yang
dikisahkan dalam Al-Quran dalam Q.S Al-Qashas ayat 23 hingga 26.
Demikian
pula kisah Maryam, Al-Quran mengkisahkan Nabi Zakaria masuk mihrab yang dihuni oleh Maryam, kemudian
beliau berinteraksi dengannya.
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan
penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Alloh
menjadikan Zakaria pemeliharaannya. Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati
makanan disisinya. Zakaria berkata, ‘ Hai Maryam dari mana kamu memperoleh
(makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Alloh.’Sesungguhnya
ALloh memeberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab .” (QS Ali
Imron: 37).
Ummu
Hani binti Abu Thalib berkata, “ AKu pergi menemui Rasululloh Saw pada tahun
penaklukan kota Makkah, lalu aku ucapkan salam kepada beliau. Beliau menjawab,
“Selamat datang Ummu Hani”. AKu berkata ,” Wahai Rosululloh , saudaraku Ali
mengaku bahwa dia seang memburu laki-laki yang telah aku lindungi keselamatannya,
yaitu Fulan bin Hubairah’. Rasululloh saw bersabda, “ Akulah yang akan
melindungi orang yang kamu lindungi, wahai ummu Hani.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Demikianlah
interaksi antara ikhwan akhwat, bukanlah
hal yang tabu di kalangan pendahulu kita. Hanya saja, etika yang dimasanya
mereka tegukkan
kokoh yang telah (mungkin) kita hafal di luar kepala, kini cair hingga tak
terbekas dalam amalan nyata . Hal tersebut adalah :
1.
Menutup
aurot
“… dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya.
Kecuali yang (biasa) Nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya ..” (QS. AN-Nur : 31)
Tujuan
disyariatkan menutup aurot, pada hakikatnya adalah kepentingan masing-maisng
pribadi, yakni dalam rangka menjaga diri dari fitnah. Menutup aurot sempurna,
bukan hanya ‘’sekedar’’ menutup aurat. Dalam menutup aurat, ada beberapa hal
yang patut
diperhatikan oleh muslimah.
2.
Menjaga
pandangan
“ Katakanlah kepada
wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya …” (QS.An-Nur : 31)
Dalam kitab Fat Al-Bary, disebutkan
Fadhal bin Abbas-seorang pemuda yang tampan-melihat seorang perempuan dari
kabilah Khats’am dan mengagumi kecantikannya. Lalu Nabi menoleh kepada Fadhal,
sedangkan Fadhal masih
melihat perempuan tersebut. Nabi mengulurkan tangannya untuk meraih dagu
Fadhal dan memalingkan mukanya dari melihat perempuan tersebut.
Ibnu Bathal-salah seorang pensyarah kitab Shahih Al-Bukhari
berkata,” Dalam riwayat tersebut terdapat perintah untuk menahan pandangan
karena takut terjadi fitnah. Konsekuensinya, apabila aman dari fitnah maka
melihat tidak
dilarang”.
Sedangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar
menambahkan,” Hal ini dipertegas dengan kemungkinan bahwa Nabi saw tidak
memalingkan wajah Fadhal seandainya dia tidak terus menerus melihat perempaun
karena kagumnya sehingga dikhwatirkan dia terjebak ke dalam fitnah.”
3.
Tidak
mendayu-dayukan suara
“Hai istri-istri Nabi,
kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab :32)
Wanita dianugerahi Alloh dengan
sifat kelembutan, meskipun tidak semua wanita feminim, (ada pula yang macho)
tapi paling tidak mereka pada dasarnya punya sifat lemah lembut. Suaranya pun
lebih merdu daripada pria, meskipun ada diantaranya yang bersuara baritone. Karena itu akhwat perlu
berhati-hati dalam bersikap dan berbicara supaya tidak menimbulkan fitnah dan
penyakit hati bagi yang mendengarkannya.
“Deuuu si akhiiii…,
antum bisa aja deh…” ucap sang akhwat
kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil terdengar sedikit manja.
“Gimana kabarnya
akhiiii…sudah sembuh belum? Jangan lupa minum obat ya…”
SMS dari seorang akhwat ke ikhwan mitra
rohisnya.
“Kalu begitchu ..ngga
usah ditunda lagi ya, otre deh..” SMS akhwat di
inbox hpnya ikwan.
“Duh gimana ya…, ane
bingung nih, banyak masalah begini… dan begitu,akh..”
curhat seorang akhwat kepada ikhwan.
“Syukron ya akhi udah
dimiscall buat tahajud”.GLEK !
Itulah sedikit contoh saja bagaimana
sang akhwat yang tidak tegas atau bahkan bernada manja ketika berbicara kepada aikhwan. Ndak tahu tuh gimana
perasaan sang ikhwan kalo mendengar akhwat berbicara seperti itu padanya.
Loh koq akhwat saja
yang disalahin?
Jangan salah, Ikhwan juga harus jaga
hijab!
“Katakanlah kepada
orang laki-laki beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan mememlihara
kemaluannya..”(QS An-Nur: 31)
Ternyata banyak kasus
yang lain dimana
sang ikhwan justru tidak menjaga hijab dan kadang memancing untuk bercanda dan
berakrab ria. SMS
atau telepon tidak penting, telpon berama-lama, bercanda haha hihi , curhat-curhatan,
dsb. Atau mungkin tebar pesona, memberi
perhatian atau pujian berlebihan kepada si akhwat sehingga si
akhwat jadi keGRan. Lebih marak lagi, adalah dunia privasi yang terpubilkasi
seperti jejaring sosial yang semakin mudah aksesnya. Saling berstatus dan
berkoment yang kurang manfaat. Bahkan koment yang disertai denga imot icon gak
penting jadi bumbu yang semakin membuat suasana
“cair” komunikasi ikhwan
akhwat yang harusnya
terjaga dimanapun
semakin terpublikasi. Jika etika pergaulan orang yang sudah “dianggap paham”
saja seperti demikian. Bagaimana dengan yang lain?
“Ukhti jazakillah ya,
ukhti baik sekali dech” ucap seorang ikhwan kepada akhwat.
“dek, apakabar, lagi
ngapain?” tegur seorang ikhwan kepada
akhwat.(negurnya tiap hari)
“Ukh ana boleh curhat
ga, soalnya anti enak banget buat curhat, boleh ya”
telepon seorang ikhwan ke teman akhwatnya.
Atau coment-coment
‘aneh” diantara jejaring sosial !
“
semangat ya ukh :D” coment salah satu
ikhwan.
“
colek akh X,Y, Z ,.. jangan lupa traktirannya ya J
“ celoteh si akhwat dalam sebuah koment .
Meskipun sudah sering beraktivitas
bersama, namun ikhwan akhwat tetaplah bukan
sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan
diri dengan bebasnya. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu
ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa mengganggu tribulasi dakwah. Apalagi
yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan agenda dakwah. Kerena itu kalau sedang diskusi,
syuro, rapat, atau dalam pembicaraan lainnya hendaklah tetap “dijaga hijabnya”
. Saling mengingatkan jika arah pembicaraan menjadi gak penting atau keluar
agenda atau bahkan menjurus
pada kemaksiatan. Misal mengingatkan jika dalam pembicaraan itu banyak
bercanda. Meskipun ada banyak orang dalam sebuah forum, kalau disitu ada ikhwan
akhwat, bercanda bisa menjadi sarana syaitan menggoda hati. Kalau ada yang mengingatkan supaya tidak
banyak bercanda masak dianggap galak? Bukankah banyak bercanda itu
mematikan hati dan kewajiban sebagai sarana muslim adalah mengingatkan !
Bagi antum para akhwat, jagalah
kata-katamu jangan sampai mendayu-dayu. Pilih kata-kata yang tepat dan berusaha
tegas dalam berbicara. Tegas maksud disini tidak “dilembekkan”, tidak bernada
manja. Bukan galak lho! (meskipun ada yang bilang galak). Proporsionallah,
bicara yang penting-penting,. Bukankah interaksi antara laki-laki dan perempuan
salah satu syaratnya adalah ada keseriusan agenda atau kepentingan? Jadi kalo
niatnya mau telpon urusan agenda dakwah ya jangan terus berlanjut dengan curhat-curhatan gitu.
Kadang karena si ikhwan gak peka si akhwat dengan tegasnya langsung nyekak “Afwan Pak, sudah malam, ada hal lain yang
urgent yang perlu disampaikan ?” Atau ketika ada ikhwan yang telepon atau menegur hanya sekedar kabar kabari ga da
hal yang penting, salahkah akhwat jika mengatakan, “Afwan, ada yang bisa saya bantu? Kalu gak ada saya lagi ada
keperluan?”
Untuk menjaga hijab, biasanya akhwat
memanggil para ikwan dengan panggilan ‘Pak’
tidak peduli berapapun usia para ikhwan itu. Para akhwat biasanya merasa lebih
save menggunakan panggilan ‘Pak’ daripada ‘akhi’ atau ‘mas’, biar bisa menjaga
hati di kedua belah pihak. Meskipun kadang ada ikwan-ikhwan yang gak suka
dipanggil dengan panggilan
‘Pak’ karena mereka merasa belum
tua, akhirnya balas memanggil akhwat dengan panggilan ‘Bu’. Padahal panggilan ini juga rawan menimbulkan penyakit hati! PERLU DIPAHAMI! Meskipun sudah sering
beraktivitas bersama, namun ikhwan akhwat tetaplah bukan sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Biasanya para akhwat akan merasa nggak enak di panggil ‘dhek’ oleh
ikhwan yang bukan apa-apanya karena kwatir bisa menimbulkan penyakit hati
akibat keakraban itu, namanya syaitan pasti akan senantiasa menggoda manusia.
Pernah kejadian, di akhir sebuah syuro
seorang ikhwan menegur para akhwat yang hadir disitu dengan secarik kertas. “
Afwan ukhti, lain kali, tolong akhwat kalau bercanda jangan keras-keras sampai terdengar di
ikhwannya.”
Itu hanya sekedar contoh saja usaha
ikhwan dan akhwat dalam menjaga adab pergaulan mereka, menjaga hijab di antara
mereka. Tapi kadang ada yang salah paham menganggapnya terlalu keras atau
galak. Masing-masing orang mungkin punya cara sendiri-sendiri, yang penting bagaimana
bisa menjaga hati kedua belah pihak. Mungkin
bisa jadi kita bisa menjaga hati kita, tapi hati orang lain siapa yang tahu.
4.
Pelanggaran
jam malam
Sarana
dan fasilitas memang Alloh ciptakan untuk kita dalam beraktifitas. Termasuk
adanya sarana telepon dan sms. Di era sekarang ini, dalam interaksi
ikhwan-akhwat seringkali terjadi adanya pola komunikasi lewat telp ,sms
komunikasi dunia maya tanpa mengenal balas waktu.Sudah jadi pemahaman bersama
selama ini dalam dunia dakwah kampus
bahwa jam malam akhwat itu yaitu 21.00-05.00. Namun, beberapa kali masih
terjadi pola komunikasi di luar jam-jam itu. Terutama pola komunikasi yang
dilakukan via sms. Atau komen-komenan di facebook. Ada kasus, akhwat hubungi
ikhwan pukul 2 malam atau sebaliknya. Kalau memang hal itu untuk kepentingan mendesak
sekali( dalam arti jika tidak dilakukan saat itu maka akan menimbulkan mudharat
yang lebih besar) mungkin masih bisa dimaklumi, namun seringkali sms-sms atau
komen-komen di dunia maya sekaliber jejaring sosial twitter, facebook ataupun
yang semacamnya itu hanya untuk
keperluan biasa sebetulnya bisa
dilakukan besok paginya.
5. Keseriusan agenda
interaksi
Islam tidak menghendaki
adanya interaksi yang hanay sekedar iseng atau berada dalam kesia-siaan, tanpa
kejelasan agenda. Tidak dikehendaki pula dimana syarat keseriusan agenda sudah
terpenuhi tetapi terbuka peluang untuk agenda-agenda yang tidak teragendakan,
dimana agenda ini jauh dari keseriusan bahkan membuka pintu-pintu fitnah.
6.
Menghindari
jabat tangan dalam situasi umum
Dari Ma’qil bin Yassar, Rasululloh saw
bersabda, “Ditusuk di kepala salah
seorang diantara kamu dengan jarum besi lebih baik daripada memegang-megang
perempuan yang tidak halal baginya .” (HR. Thabrani)
7.
Memisahkan
laki-laki dan perempuan serta tidak berdesak-desakan
Hal ini perlu dijaga waktu melakukan aksi
atau berada dalam kendaraan lain yang secara tidak sengaja bersamaan.
8.
Menghindari
Khalwat (berdua-duaan antara seorang perempuan dan seorang laki-laki di tempat
yang sepi )
9.
Meminta
izin suami jika menemui perempuan yang suaminya sedang berpergian ( bagi yang
sudah berkeluarga )
“… dan dia (istri) tidak boleh mengijinkan orang lain masuk ke
dalam rumahnya kecuali dengan ijin (suami)nya…”.(HR. Bukhori)
Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan
diri dari rasa kecemburuan suami yang mengetahui istrinya berbincang dengan
laki-laki, sementara dia ada di rumah dan tidak meminta izin terlebih dahulu.
Sebagaimana sahabat Amr bin Ash saat datang
ke rumah Ali bin Abi Thalib untuk suatu keperluan , tetapi Ali tidak ada
dirumah. Ia bolak-balik hingga dua sampai tiga kali, namun Ali tetap tidka di
rumah datang dan berkata kepadanya, “Jika
kamu memilki keperluan kepadanya (istri Ali), apakah kami tidak dapat masuk
memenuhinya?” Amr menjawab, “Kami dilarang menemui para istri kecuali seizin
suaminya.” (HR. Muslim)
10. Menjauhi perbuatan dosa
Hendaknya kaum laki-laki dan perempuan
beriman menjauhi perbuatan dosa dalam berinteraksi. Perbuatan ini dapat terjadi
dalam tujuan pembicaraan, materi pembicaraan, cara dan gaya bicara dsb.
“Dan tinggalkanlah dos
yang Nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa,
kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka
telah kerjakan.” (QS. Al-An’am:120)
Diantara
dosa yang tampak adalah meninggalkan etika syar’i dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Sedangkan dosa
yang tak tampak adalah berkembangnya perasaan senang terhadap sesuatu yang
haram dan berharap mendapatkan lebih banyak lagi.
Menjadi pribadi yang terjaga dari
dalam kandungan hingga kelak yaumil akhir, adalah sebuah impian yang mulia.
Setidaknya, ketika setitik noda yang melekat, serta merta kita menjadi hamba yang tersadar
dari kelalaian, kemudian sedemikian
rupa berusaha berlepas dengan sungguuh-sungguh, mengokohkan diri menjadi muslim
yang sebenarnya .
Sangat disayangkan memang, ketika hal-hal
yang diremehkan (cairnya hubungan antara
ikhwan akhwat) tetapi bagi sebagian kaum berilmu merupakan hal yang mampu menghancurkan iman secara perlahan,
bahkan bisa jadi ‘tingkah laku yang terlihat remeh inilah sebenarnya yang
menghambat kerja-kerja dakwah kita memperlambat kemenangan dakwah yang kita
emban. Telah menjadi sebuah diskusi umum ataukah
nasihat bijak dari saudara terkasih, hanyalah sebuah tiupan angin sejuk,
selintas lalu tapi tidak membekas dalam jiwa.
Wahai ikhwahfillah! Bangkit dan ubahlah hari
ini menjadi hari paling bersejarah dalam kehidupanmu. Mulakanlah dari dirimu,
bila engkau tak mampu membawa serta
saudara (ikhwah)mu kembali kejalanNya yang lurus. Sesungguhnya hanyalah kuasa
Robb kita.
Jadikanlah hari kemarin
adalah masa lalu yang patut engkau sesali, tinggalkan dan berazzamlah untuk
tidak mengulang kembali.
Wahai ikhwahfillah, ihkwan solih dan akhwat sholihah..menjadilah
indah, tetapi jadikanlah keindahan itu hanya milik suamimu/istrimu semata.
Muliakanlah dirimu sengan senantiasa meminta jiwamu untuk mengihkhlaskan diri
menjadi muslim/muslimah sejati. Sebagai
seorang muslimah, maka jadilah muslimah yang bidadaripun kan cemburu kepadamu.
“
..karena sholat mereka, pusa mereka, ibadah mereka kepda Alloh. Alloh
meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya
putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan. Sanggulnya
mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “ Kami hidup abadi dan
tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu
mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tidak pernah
bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami
memilikinya ..” (HR .Thabrani)
Nb:
…ikhwan wa
akhwatfillah…
Tulisan ini ditulis dengan
semangat saling menjaga dan mengingatkan . Melihat semakin banyaknya media yang
mudah sekali mendekatkan kita terhadap hal-hal yang menjauhkan kita dari padaNya. Mungkin
terlihat remeh hanya sekedar interaksi ikhwan akhwat! Namun, hal-hal remeh
inilah yang akan menjadi bukit ‘keremehan’. Layaknya kebaikan. Kebaikan yang
istiqomah akan menjadi bukit amal yang besar buat kita. Apalagi
dosa kecil terlihat tidak sengaja namun bisa menjadi bukit amal
keburukan kelak. Naudzubillah. Maka disinilah kita saling mengingatkan agar
menjadi manusia yang beruntung Insya Alloh. Dengan pemahaman yang kita punya
maka tidak perlu aturan kode etik ikhwan akhwat dibuat (gak penting.red),
karena itu telah hadir dalam bentuk kesadaran. Maka tanpa ada aturan pun kita
akan melakukannya.
(dari
berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar