- Kamis, 07 November 2013

Indonesia::Potret Pendidikanmu Kini

Berbicara tentang pendidikan. Pastilah banyak masalah yang stok-nya tak terbatas. Mulai dari hal yang kecil hingga yang besar. Semua bermula dari pendidikan. Betapa pun itu pendidikan adalah instrumen rekayasa masa depan. Potret Indonesia masa depan dapat dilihat dari bagaimana potret pendidikan Indonesia saat ini.

Bagaimana kabar pendidikan Indonesia saat ini? รจ Maka lihatlah pendidikan dengan konteks makro.
Lebih dari 240 juta penduduk Indonesia. Apakah semua mendapatkan pendidikan yang layak? Apakah segala kebutuhan mereka terfasilitasi secara sempurna? Dan apakah semua bisa merasakan fasilitas yang (mungkin) sudah tersedia untuk mengembangkan potensi mereka? Jawabannya tentu TIDAK.

Berdasarkan pemaparan pak Anies Baswedan dalam Forum Indonesia Muda 15 (Selasa, 29/10/13), jumlah sekolah di Indonesia mengalami penurunan di setiap tingkatannya. Untuk tingkat SD sekitar 170k (94%), tingkat SMP sekitar 39k (49,5%), dan tingkat SMA sekitar 26k (8%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata lulusan terbanyak penduduk Indonesia adalah usia SD. Nah, apakah bangsa ini bangga SDM terbanyak adalah lulusan SD? Apakah bangsa ini bisa berharap lebih pada mereka? Sementara dunia ini semakin berkembang setiap detiknya. Teknologi yang mumpuni semakin berkembang pesat seiring lajunya globalisasi. Dan tentunya perkembangan tersebut membutuhkan filter dari pendidikan untuk menghadapinya. Supaya mereka mampu membaca perubahan dan mendapat profit positif darinya. Bukan malah kehancuran moral, krisis integritas, dan pencemaran budaya. Meski tak dipungkiri defisit terbesar Indonesia saat ini adalah krisis INTEGRITAS.

Sebenarnya apa yang dihasilkan pendidikan? Kok semuanya masalah?
Bohong ketika pendidikan tidak menghasilkan apa-apa. Bangunan mewah, gedung-gedung yang menjulang, jalan, jembatan, kendaraan, tata ruang kota, pertanian dan perkebunan yang melimpah ruah, segala macam profesi yang ada, dari tatanan terbawah hingga sekaliber presiden. Adalah HASIL dari PENDIDIKAN.

Namun? Ketika banyak pengangguran, kriminalitas merajalela, dan masalah-masalah bangsa dari yang mikro sampai makro. Yang dipermasalahkan juga bagaimana pendidikannya?
Pendidikan memang sangat krusial. Segalanya bermula darinya. Dan pendidikan awal kita, adalah di keluarga. Sebagaimana Bunda Elmir pernah berkata di sela-sela ishoma FIM, “Keluarga adalah madrasah cinta yang tak pernah mengenal wisuda.”  Dari kalimat tersebut kita bisa menarik benang merah, bahwasanya keluarga sangat berperan penting dalam pendidikan. Ayah dan ibu sangat berperan dalam kemajuan pendidikan anak-anaknya. Terlebih seorang ibu. Yang mana ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Darinya terlahir calon-calon pemimpin bangsa. Dari tangannya mengalirkan kelembutan. Dari bibirnya mengalunkan simphoni. Dan dari setiap geraknya menciptakan keramahan. Begitulah seharusnya cinta kasih itu mendasari sebuah pendidikan dalam keluarga. Begitulah seharusnya kasih sayang melatih ketrampilan mendisiplinkan mereka. Dan begitulah seharusnya sebuah konsistensi dan kesabaran membuat aturan yang patut, konsekuensi logis, dan apresiasi positif dalam mendidik-kembangkan mereka. Namun ironisnya, kondisi seperti itu kian tergerus. Faktanya sekarang banyak ibu-ibu muda yang lebih mengedepankan karir daripada mengurus anak-anak mereka sendiri. Padahal bangsa ini berharap dari tangannyalah lahir pemimpin yang cerdas dan berkualitas.

Selain meningkatkan kualitas keluarga sebagai pendidik utama. Guru dan dosen yang ikut berperan dalam mencerdaskan anak bangsa perlu ditingkatkan kualitasnya. Dan kita sebagai murid, juga harus bercermin. Melihat ke pundak kita masing-masing, juga mencobalah sesekali menengok ke belakang dan mengingat-ingatlah. “Kapan terakhir kali kita ke rumah guru SD kita dan mengucapan terimakasih? Karena betapapun mereka. Mereka adalah yang paling berperan dalam pendidikan kita selanjutnya.”

Jika ingin melihat kualitas bangsa ini dari segi pendidikan. Seharusnyalah bangsa ini mengembalikan kehormatan guru dan rasa hormat kita kepada guru. Karena guru adalah pahlawan yang pahalanya terus menempel pada kita sampai kapan-pun.

Jika kita terdidik. Tentunyalah ekspektasi kita menjadi tinggi. Maka kita harus merencanakannya sebagai sebuah kesatuan. Tidak hanya satu unit. Artinya, untuk merubah dan memajukan pendidikan Indonesia lebih baik dan berkualitas. Yang kita perbaiki adalah secara keseluruhan komponen yang berperan di dalamnya. Jika kita tidak bisa secara langsung merubah bangsa ini, maka mari memulai dari merubah diri kita masing-masing. Meningkatkan kualitas diri kita masing-masing supaya bisa memberikan pengaruh positif terhadap orang-orang terdekat kita untuk bisa kita gerakkan dalam perbaikan mutu pendidikan bangsa kita.

Melihat kondisi Indonesia saat ini secara statistik kependudukan. Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Dan diramalkan kondisi ini akan berlansung hingga tahun 2045. Bonus demografi sendiri adalah kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia anak-anak dan usia lansia. Bonus demografi ini bisa membawa keuntungan bagi Indonesia jika dipersiapkan secara matang. Terlebih dari segi pendidikan dan kesehatan. Kenapa pendidikan? Tentu mengingat betapa krusialnya pendidikan dalam peningkatan kualitas SDM bangsa Indonesia untuk menghadapi kondisi tersebut. Dan kenapa harus dikorelasikan dengan kesehatan? Coba sejenak kita membayangkan, SDM bangsa ini cerdas dan berkualitas. Namun kondisinya tidak sehat. Apakah mereka bisa memaksimalkan potensi mereka, memanfaatkan kecerdasan dan kualitas mereka untuk memajukan bangsa ini? TIDAK kan? Kalaupun dipaksakan pasti tidak maksimal.

Sehingga bangsa ini perlu mempersiapkan SDM yang mumpuni dari segi pendidikan dan kesehatan untuk menghadapi bonus demografi. Karena jika tidak. Maka bonus demografi ini akan menjadi bumerang bagi Indonesia. Kenapa demikian? Karena jika penduduk usia produktif ini tidak dibekali pendidikan dan ketrampilan, juga fisik yang sehat. Bagaimana mereka bisa menafkahi diri mereka dan memiliki investasi untuk kehidupan mereka selanjutnya. Karena setelah usia produktif mereka akan mengalami masa lansia. Dan jika mereka menganggur. Tentu akan menambah sederetan masalah bangsa yang tak terselesaikan. 

Selain itu, pendidikan juga harus menjangkau ke pelosok negeri. Sehingga perlu adanya cluster kabupaten/kota berdasarkan pendidikan dan kesehatan di setiap provinsi di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memeratakan  pendidikan, fasilitas, dan pelayanan kesehatan di seluruh pelosok negeri. Meskipun sekarang sudah mulai bermunculan komunitas/lembaga/organisasi independen yang bergerak dalam hal pendidikan, kesehatan, dan sosial-kemanusiaan. Seperti Indonesia Mengajar, Kelas Inspirasi, Rumah Belajar, MERC, SabangMerauke, dan gerakan-gerakan mengajar dari organisasi-organisasi di kampus (ITS mengajar, IECC, biro pengajaran BPU JMMI, dan masih banyak lagi). Namun tentunya belum cukup untuk mengakselerasi SDM di Indonesia. Sehingga kita yang (yang merasa) berpendidikan seharusnyalah saling merangkul, berkontribusi untuk negeri, memberikan sejenak waktu, dan mewakafkan ilmu dan ketrampilan untuk kemajuan bangsa kita. (Sekali lagi) kalau terlalu sulit untuk menjangkau yang jauh. Kita bisa memulai dari yang terdekat dengan kita.

Nah, sekarang, apa kontribusimu?
Berbicara tentang kontribusi. Aku memang belum banyak berkontribusi untuk bangsaku. Aku masih belajar untuk bisa mendedikasikan diriku untuk bangsaku nanti. Namun bagiku. Dengan menjadi mahasiswa yang jujur dan peduli adalah jalan untuk berkontribusi lebih banyak untuk bangsaku.

Untuk pendidikan sendiri. Sekarang aku menjadi pengajar di salah satu LBB di Surabaya. Aku mengajar anak SD yang notabene harus banyak disemangati dan diarahkan dalam belajar. Dari sini aku bisa belajar menjadi guru, motivator, pun juga ibu. Dan ketika pulang kampung, aku selalu berusaha memberikan waktuku untuk berbagi ilmu dengan adik-adik di sekitar rumah. Juga membantu sahabat saya dalam merintis DUWET Madani 2023 dengan berbagai programnya (ukhuwah, tarbiyah, rukiyah-jasadiyah, dll.). Karena bagiku, bangsa ini akan kokoh, ketika dari akar-akarnya pun jua kokoh. Dan pohon pun tidak bisa memiliki batang yang tegak, daun yang rindang, juga buah yang meruah. Jika tidak memiliki akar yang kuat.

Sebelum bermimpi untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa
Kita harus meningkatkan kualitas pendidikan kita
Sebelum bermimpi untuk merubah bangsa
Kita harus merubah diri kita
Sebelum bermimpi untuk membangun peradaban bangsa
Kita harus bisa membangun keluarga yang beradab
Dan sebelum bermimpi untuk membangun keluarga
Kita harus membangun kepantasan diri kita

Kita adalah pemilik masa depan kita dan kita adalah penerus masa depan bangsa.
Sehingga , dikala malas menerpa, bayangkan jutaan orang di sana menginginkan apa yang sekarang kita miliki…Pendidikan yang layak, fasilitas yang tersedia, teman-teman terbaik yang kita punya.. Lantas pantaskah kita berdiam dan hanya bermalas-malsan belaka? Tidakkah kita ingin mengubah keadaan sehingga mereka bisa menikmati apa yang kita rasakan? BANGUN! BERGERAK! SEMANGAT!”

#FIM15
#PemudaIndonesia
#AkuUntukBangsaku


senyum calon pemimpin bangsa.
di tangan kalianlah bangsa ini di masa mendatang.
pandai-pandailah membaca perubahan. karena bukan karena kalian tak mampu. namun mampu atau tidaknya kalian memaknainya^^.

Jangan menyerah sebelum gagal 21 kali. --Elmir Amien.


5.16 l 8 Nopember 2013
@Ruhul Jadid 1011
Riskha Tri Oktaviani FIM 15 ITS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar