- Selasa, 24 September 2013

Terimakasih untuk air mata ini...

biarlah air mata ini larut bersamanya ...
Ya, dan akhirnyapun meleleh...
butir-butir mutiara yang ada di kelopak telah pecah
meluruh linang di pipi

Di saat seperti ini, aku selalu mengingatmu, kepompong. tentunya semoga ingatan ini masih dalam penjagaan Rabbku. Hingga tetap hanya Dia yang selalu ada dalam relungku juga relungmu.

Kepompong, rasanya tersayat...
PERIH
Seperti lekukan luka yang diregangkan paksa
Entah kenapa aku bisa sebegitu kecewa
Sebegitu sakitnya menahan, hingga akhirnya terjatuh jua

Aku tak tahu, Kepompong

Sebegitu pentingkah tahu "aku mendengar kabar itu dari siapa?"
Hingga terus menanyakannya secara berulang
Hingga dia tak mau menjawab pertanyaanku yang lain sebelum dia mendengar jawabanku

Memang itu PENTING ya?

Aku nggak butuh masa lalunya untuk bisa berkerja dengannya, Kepompong
Bagiku CUKUP ketika memang dia sudah berubah, meninggalkan yang buruk dan mendekat pada kebaikan
Bagiku CUKUP tidak membuka lembar kenangan lalu
Namun...

Kenapa dia justru memancingnya untukku bertanya tentang masa lalunya?
dan kenapa aku juga harus bertanya?

Bodoh
Iyakah aku bodoh, Kepompong?
Tidak
Mungkin aku hanya terlalu polos
Iya
TERLALU POLOS

Hingga dari kejadian kecil seperti ini tidak menjadikan dia sedikit DEWASA

Aku KECEWA
Untuk ke berapa kalinya hingga aku tak mampu mengingatnya
Aku MENANGIS dalam diam
Hingga sesak dada ini sampai ke ulu hati

Meleleh dan terus meleleh
Bahkan SAKIT rasanya ketika mendengar jawaban dia "aku males"
PERIH, Kepompong
BANGET malah

Hingga semakin panas mata ini
Terus berair


*jika kamu lelah, akupun sebenranya juga lelah

*jika kamu ada tugas, aku sendiripun banyak tugas
*bahkan aku merelakan ijin dari undangan mabit malam ini hanya untuk mengerjakannya, namun kamu justru menghakimiku
*aku tahu, aku paham apa yang kau rasakan. mungkin beban di pundakmu terlalu berat. mungkin banyak yang harus kamu pikirkan. juga banyak yang harus kau coba untuk pahami.
*namun, sekali saja... kamu pernahkah bertanya padaku tentang apa yang kurasakan sebenarnya? aku sama lelahnya denganmu. beban di pundak ini rasanya semakin bertambah. belum selesai memikirkan ini harus mulai memikirkan itu. dan pasti, banyak juga yang harus ku coba untuk pahami.
*semarah-marahnya aku, aku gak berani mengeluarkan kalimat itu. karena aku tahu itu MENYAKITKAN.
*karena aku selalu ingat nasehat seseorang, "jangan menghitung-hitung kelelahanmu. kamu tidak akan pernah rugi jika menghabiskan lelahmu di jalan Allah. justru teruslah bersimpuh lelah. karena kelak kau akan merindukannya." Dan juga aku selalu ingat ini, "jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu."

#Terimakasih untuk air mata ini, karena dengannya tangan ini kembali menyentuh huruf demi huruf di laptopku. mungkin apa yang kutulis tidaklah bermanfaat. hanya sebagai penyeka air mata hatiku.

22.16 l kamar baru @RJ1011
24092013


[risk]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar