- Rabu, 18 April 2012

AKU DAN MENTORING : BERSAMA MENGGAGAS PERADABAN






Maha Suci Allah yang telah memberiku kesempatan menghirup udaraNya hingga detik ini. Detik dimana jiwa ini telah berada 18 tahun dalam ragaku. Pada hari ke sembilan, bulan Oktober 1993, itulah pertama kalinya aku diberi kesempatan melihat cantiknya wajah ibuku  walau dalam samar. Merasakan kebahagiaan ayahku walau dalam diam. Saat itu, air mataku bak mata air di padang pasir yang menjawab penantian mereka selama sepuluh bulan, jerit tangisku bagaikan nyanyian surga yang menyejukkan kalbu mereka. Hadirku memberi kebahagiaan, dan diharapkan akan selalu memberi kebahagiaan sampai di penghujung waktuku.
Aku dianugerahi tiga untai kata sebagai namaku. Riskha Tri Oktaviani. Ya, mungkin itu hanya sebuah nama yang tak bermakna. Namun kuyakin setiap hurufnya tersimpan doa dari ayah dan ibuku. Doa yang diharapkan mampu  membawaku tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang ma’rifat, arief, dan bijaksana.

Selama ini, aku hidup di antara keluarga yang sederhana. Dari kesederhanaan itu, aku belajar mandiri, belajar untuk tidak selalu bermanja-manja di pangkuan ayah dan ibu, dan berusaha menerima juga memahami setiap keadaan. Seiring masa yang terus berlari tanpa terkejar, aku mulai mengenal siapa aku, apa yang ku lakukan, dan apa tujuan hidupku.
Sembari ku belajar mengenal jati diriku. Ku memahami dan meyakini bahwa aku lahir karena Allah, aku hidup untuk beribadah pada Allah, untuk bertemu Allah jika telah tiba masanya nanti aku harus menghadapNya. Sekarang, disini, di tempat yang baru kuhuni kurang lebih 1 bulan ini, telah kuniatkan walau berat, akan ku usahakan walau ku lemah, akan kujalani walau ku tak tahu sampai ujung mana Sang Pemilik diriku membawaku. Kuniatkan seberat apapun akan kujalani. Walau takut, aku tidak boleh takut. Karena disisiku ada dua malaikat Allah. Karena dalam setiap detik waktuku, selalu ada Allah yang menemaniku. Merangkai pagi, menjalani hari, memupuk semangat dalam terik mentari, menyulutkan bara dalam dinginnya malam, dan segalanya. Karena nafas ini, detak jantung ini, aliran darah ini, semua bertasbih kepada Allah. Maka atas ridhoNya, akan kupertanggungjawabkan pilihanku. Pilihan satu-satunya. Karena aku masuk melalui jalur BIDIK MISI. Walau sebelumnya tak pernah terbersit keinginan untuk ke kampus perjuangan, ITS. Tapi dengan menyebut namaNya yang agung, aku mendaftarkan diri di ITS. Dengan modal nilai rapor yang biasa-biasa saja, dan sedikit prestasi yang pernah kuraih, kuberanikan diri mengambil kesempatan itu. Karena saat itu aku berpikir, pokoknya aku harus kuliah.
Seiring dewasanya pikiranku, aku mulai berpikir bahwa aku kuliah bukan hanya kuliah. Aku harus bisa membawa namaku, membawa nama keluargaku, membawa nama sekolahku, dan membawa nama kotaku. Aku harus berjuang lebih giat, karena aku disekolahkan oleh banyak orang. Bahkan tukang becak yang setiap hari ku lihat di tepi jalanan itu pun turut menyumbang dana untuk pendidikanku. Mereka berharap besar padaku. Maka aku harus berjuang di kampus perjuangan ini.
Satu bulan menjadi bagian dari ITS, tidaklah mudah untuk beradaptasi. Berat memang, tapi hal itu tidak boleh mematahkan semangatku untuk bisa. Rindu keluarga, rindu masa-masa SMA, rindu rumah, dan semua hal yang pernah ada di sampingku, yang sekarang tak kutemui. Tapi itu semua tak boleh menyurutkan langkahku untuk berjuang, memperjuangkan pendidikan yang kuharapkan bisa membukakan pintu-pintu keindahan masa depan. Keindahan masa depan yang telah kurajut bersama asa dan doa di setiap rukuk dan sujudku. Walau aku tak pernah tahu kapan keindahan itu kan kuraih. Namun janji Allah tak pernah palsu. Keindahan yang Dia janjikan pasti akan diberikan. Tugasku sekarang adalah belajar, belajar, dan belajar. Tidak hanya belajar akademik, tapi non akademik juga. Aku harus bisa menyeimbangkan keduanya. Aku tidak mau jadi mahasiswi kupu-kupu. Aku harus bisa memberikan kontribusi pada lingkungan di sekitarku. Memberikan yang terbaik untuk mereka yang dengan ikhlas turut mendoakan untuk kesuksesanku. Hingga sekarang aku telah menikmati menjadi maba di ITS. Mengikuti seluruh kegiatan maba yang begitu padat. Dengan jargon ITS CAK ( Cerdas, Amanah, Kreatif), membuatku termotivasi menggagas peradaban.  Melantunkan Hymne ITS membuatku merinding, apalagi saat mendendangkan lagu totalitas perjuangan, yang baru kuketahui di sini, Subhanallah, darah juang ini berdesir, berharap benar-benar dengan sepenuh hati bisa menanamkan dalam hati dan memberikan kontribusi nyata dari lagu tersebut.
Semester 1 di ITS aku mendapati  mata kuliah Agama Islam. Untuk mata kuliah agama ada kegiatan  mentoringnya. Secara umum mentoring merupakan kegiatan pendidikan yang mencakup di dalamnya tentang mengajar, mendidik, melatih, dan membina yang dilakukan dengan pendekatan saling nasehat-menasehati. Didalamnya terdapat rasa saling mempercayai satu sama lain antara dua pelaku utama yaitu mentor (penasehat utama dalam kelompok mentoring) dan mentee (peserta mentoring). Arti saling nasehat-menasehati itu adalah saling memberikan perhatian hati terhadap yang dinasehati, yaitu bertujuan untuk kebaikan dan dilakukan dengan cara mengikuti apa-apa yang dicintai Allah. Pendekatan saling nasehat-menasehati tersebut sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dalam firmanNya yang berbunyi :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehatmenasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-Ashr : 1-3)
Dari penjelasan di atas, maka nasehat-manasehati merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap muslim, oleh karena itu saling menasehatiditerapkan dalam kegiatan mentoring. Pendekatan saling menasehati dalamkegiatan mentoring bertujuan untuk menciptakan suasana saling belajar,saling mempercayai, serta saling memberi pengalaman dan kebaikan yangnantinya akan memberikan perubahan ke titik yang lebih baik yakni sebuah kepribadian Islam yang menyatu dalam kehidupan sehari- hari para remaja. ( http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2187550-pengertian-mentoring/ )
Mentoring sebenarnya adalah proses untuk “akselerasi kedewasaan”. Kedewasaan ini sangatlah luas, bisa jadi kedewasaan dalam memahami Islam, kedewasaan dalam berilmu sesuai pilihan kompetensinya, kedewasaan dalam menyikapi masalah, kedewasaan dalam memilih keputusan, bahkan kedewasaan dalam bergaul mengenal karakter manusia.
Dengan mentoring kita akan memperbesar “kapasitas berkomunitas” kita, memahami bahwa ternyata karakter manusia itu beragam, menangani konflik komunikasi, hingga mampu bekerjasama walaupun terdapat perbedaan prinsip di satu sisi.
Mentoring tidak hanya sebatas sebagai asistensi agama islam yang hanya 2 SKS, tapi jauh dari itu mentoring akan Membentuk Pribadi Muslim yang Istiqomah (Al-Syakhsiyah Al-Islamiyah Al-Mustaqimah). Mentoring adalah proses menuju pembentukan pribadi yang paten, atau dengan kata lain memiliki “matanah” (imunitas) baik secara “ma’nawiyah” (moralitas), “fikriyah” (gagasan dan pemikiran) dan “Tandzhimiyah” (struktural). Selain itu juga karena sudah terlalu banyak orang pintar di negeri ini, tapi orang yang berilmu dan beriman sangatlah sedikit. Sedangkan untuk menggagas sebuah peradaban bangsa, kita membutuhkan SDM yang benar-benar tangguh secara jasmani dan rohani.
Dan selama satu semester mentoring kemarin, aku telah mendapat banyak hal yang sedikit demi sedikit telah mengubah kepribadianku. Meskipun belum se-luar biasa yang kuurai atas. Namun aku percaya selama aku masih berada dalam sistem, aku bisa melangkah ke arah sana. Bersama-sama menggagas peradaban bangsa dengan keindahan, ketulusan ukhuwah, dan keimanan dalam mentoring. Semoga di mentoring lanjutan aku akan mendapatkan sesuatu yang lebih. Yang semakin menguatkan keyakinanku bahwa “religion without science is lame, science without religion is blind”. Ustad Dr. Yusuf Qordhowi pernah memprediksikan bahwa kebangkitan umat islam akan datang dari sebelah timur jazirah arab, ada 2 pilihan Malaysia atau Indonesia. Jika melihat kondisi saat ini Indonesia banyak mendapatkan musibah, mungkin Alloh telah memberikan cobaan bagi umat islam di Indonesia untuk selalu tabah dalam menghadapi cobaan guna mempersiapkan kebangkitan itu, dan mudah-mudahan melalui mentoring akan mengakselerasi proses kebangkitan islam itu. Wallohuallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar