- Minggu, 18 Maret 2012

Essei temu alumni


Essei Temu Alumni
Kelompok 10
17 Maret 2012, waktu yang telah ditetapkan untuk kami menemui Bapak Rudy  Hariono  di Studio Suara Surabaya. Kira-kira pukul 11 WITS, kami ber-15 berangkat ke Wonokitri di dampingi SC kami tercinta, Mbak Imas.
15 menit sebelum waktu yang kami janjikan datang, kami sudah berada di sana. Kami diterima dengan tangan terbuka. Menunggu sebentar di ruang tunggu karena beliau sedang memenuhi kebutuhan beliau menghadap Allah SWT dalam kekhusyukan sujud dan rukuknya, sungguh tak berasa. Pemandangan di sekitar , jauh lebih indah untuk dirasakan.
Setelah beliau datang, kami langsung diajak masuk ke ruang meeting.  Di tempat dengan nuansa teduh dan sejuk itu kami mulai menyampaikan visi misi menemui beliau. Beliau sangat terbuka dan sangat berkenan ketika satu per satu dari kami meluncurkan pertanyaan terkait beliau dan pengalaman beliau.
Berikut seputar Bapak Rudy Hariono yang berhasil kami rangkum dalam coretan pena di atas kertas yang sangat berharga setelah berisi kalimat-kalimat dari beliau.
Nama                           : Rudy Hariono
TTL                             : Mojokerto, 15 Agustus 1995
Asal                             : Mojokerto
Alamat sekarang         : Sidoarjo
Profesi             : Bisnis Development di Suara Surabaya
Riwayat Pendidikan   : TK Darma Wanita
                                      SD Jasem 1 Ngoro
                                      SMP 1 Ngoro
                                      SMA 1 Mojosari
                                      ITS Statistika 1995
No HP.                        : 08123524515
Dengan sikap santai, nada yang renyah , suara yang jelas, dan diselingi canda, Bapak Rudy Hariono Terbuka menceritkan pengalaman beliau mulai dari beliau masuk statistika sampai beliau bisa sukses seperti saat ini. Beliau dulu sebenarnya tak menempatkan Statistika pada pilihan pertama saat UMPTN. Beliau memilih TC. Karena beliau berpikir bahwa trend  IT menjadi sesuatu yang sangat berharga di masa depan. Selain itu beliau suka dengan IT. Untuk jurusan statistika sendiri. Awalnya hanya sebagai pelarian. Namun bukan pelarian tanpa pemikiran. Beliau berpikir bahwa statitika berkaitan dengan itung-itungan, matematis, dan logis. Grade statistika pada saat itu juga relatif masih rendah. Namun dari segi peluang, sudah lumayan banyak peluang. Makanya dari pada tidak kuliah beliau memilihnya. Walaupun demikian. Beliau paham betul. Dengan setengah bercanda beliau berkata,” pilih skoci nggak sembarangan lah...”. Pada initinya, beliau tahu statistika, maka beliau mempelajarinya. Trend industri kemana juga menjadi pertimbangan. Sehingga  beliau tak asal pilih.
Implementasi statistika untuk beliau yang notabene sebagai bisnis development industri media, yang bergerak pada pengembangan usaha. Maka harus tahu banyak tentang perilaku trend dan peran industri. Beliau mengibaratkan seperti sebuah sonar yang mengirimkan sinyal ke market. Shingga dngan mudah masyarakat menyerbunya. Yang beliau lakukan tidak menetap di suatu tempat meeting atau kantor. Karena beliau bekerja dari satu meeting ke meeting lainnya untuk monitoring semua usaha, analisa, rekomendasi, kegiatan nyata, launching, strategi agar tetap fit dalam persaingan yang kesemuanya berdasarkan data.
Selain ilmu statistika, beliau harus memahami bermacam ilmu lainnya. Di antaranya  ilmu komunikasi, psikologi, marketing, dan branding. Untuk memahami konsumen kita tak boleh membatasi hanya pada single tasting. Karena setiap data berpotensi memiliki bias. Fenomenologi harus dipelajari juga. Meski di ITS tak pernah diajarkan. Supaya secara angka kita bisa ngomong, dan secara fenomena bisa di-update.
Ketika beliau ditanya tentang seberapa besar peranan statistika dalam dunia kerja, beliau denagn tegas menjawab, “ Tergantung”. Karena segala sesuatu tergantung prioritas dan urgensi saat itu pula.
Untuk sukses dalam dunia kerja, IP bagus bukanlah sebuah jaminan. Kita harus banyak belajar di luar akademik. Investasi waktu lebih untuk hal yang kita tuju. Meski terkadang harus mengorbankan yang lain. Ikuti seminar, wokrshop, diskusi terbuka, diklat, dan lain-lain yang bisa meningkatkan interaksi kita.
Cerita soal IP, IP beliau pernah 1,2. Dan orang tuanya tak memarahinya. Karena mereka tak tahu apa-apa. Justru mereka pikir itu bagus. Karena semakin kecil semakin bagus. Maka dari itu,  sebelum lulus, beliau sudah bidingkid beberapa project. Beliau sudah punya portofolio kerja. Sehingga yang beliau tawarkan saat melamar kerja adalah itu. Bahkan, beliau tak melampirkan transkrip nilai. Karena kompetensi yang beliau miliki adalah peran nyata yang bisa diambil oleh yang membutuhkan.
Sebelum lulus, beliau diterima di PT Istana Tiara. Tapi tidak sampai 1,5 tahun, beliau keluar dan bekerja di Suara Surabaya mulai 2002-sekarang. Beliau lulus tahun 2001.
Ada dua kompetensi yang harus dipelajari. Yaitu hard skill dan soft skill. Orang yang hanya exellent di hard skill-nya saja, tak kan bisa membawa ke depan. Sedangkan orang yang excellent di soft skill, pasti belajar apapun mudah. Opened mind terhadap hal-hal baru. Dan orang-orang ber-soft-skill excellent lah yang bakal diterima. Soft-skill, juga attitude itu dibentuk dari luar akademik. Semisal organisasi. Karena dari berorganisasi, kita akan dapatkan banyak ilmu, pelajaran, dan pengalaman yang berharga, serta berbeda. Beliau juga sangat mendukung adanya BCS. Tapi beliau tak berani mengomentari metodologi BCS. Karena semua tergantung pada kebutuhan dan kondisi saat itu. Grand design pengageran harus berkembang. Ketika menjadi panitia, kita harus memikirkan kebutuhan adek-adek lebih kompleks.
HIMASTA = dari, untuk dan oleh warga statistika. Dulu rugi banget kalau nggak masuk himpunan. Lab yang menuasai himpunan. Dulu saat di himpunan, beliau menjabat sebagai kepala bidang penalaran. Di pengaderan sendiri beliau pernah jadi oc dan sc. Beliau sering terlibat dalam kepanitiaan acara-acara himpunan.  Sehingga beliau sempat nge-ko s selama setahun di sekretariat HIMASTA tahun 1997-1998. Urgensi BCS saat itu, tentunya sangat mendukung dalam jaringan. Terbuka pada banyak hal. Jadi tidak alergi sama kegiatan . karena dari organisasi dan kepanitiaan, kita bisa belajar menyiapkan mental dengan politicing organization. Dalam menjalani segala hal kita tidak boleh mengeluh, harus berpikir positif. Dan selalu beranggapan bahwa kesempatan tak akan datang dua kali.
Dalam pengaderan, kita harus perluas cara pandang kita. Maka kita akan mendapat essensinya. Kita harus positif thinking pada semua pihak. Karena senior yunior sama-sama masih dalam tahap belajar.
Dulu saat jaman Beliau, Himasta sempat pecah menjadi dua secara sistemic. Himastat dan Himasta. Setelah terjadi kudeta, Himastat, huruf t nya dihapus mnjadi HIMASTA dengan semangat pembaharuan.  Pengaderan pada masa-masa itu lebih ketat, presser lebih tinggi, semangat senior tinggi. Dulu, senior beridealisme kenegaraan. Berusaha membuat opportunisme bernilai nol. Solid dalam berbagai cara, ada pra camp dan pasca camp.
Sistematika pengaderan pada masa beliau adalah:
Bakti kampus ( 3 hari )            : semangat ke-ITS-an
FMIPA ( 3 hari )                     : Fakultas
Statistika ( 3 bulan )                : keprofesian ( Jurusan), sabtu minggu full mulai jam 6 pagi – 10 malam
Camp ( 3 hari )
“ Pada tahun 1998, sempat tidak diijnkan Camp. tapi kita tetap berangkat. Dan kalian tahu kumpulnya dimana? Di asrama haji. “, tutur beliau.
Dulu, kata beliau boikoter adalah sebuah pilihan.  Beliau sempat memberikan 1 pilihan kepada kami, “ sekarang terserah kalian, keluar dari perahu ( BCS, HIMASTA ) bersama-sama, atau masuk dan perbaiki perahu itu.”. dan kami pun tersenyum. Dalam hati kami pun berkata, “ InsyaAllah, bapak.”.
Sebelum pertemuan kita akhiri, beliau sempat menceritakan kondisi HIMASTA tempo dulu. Sistematika HIMASTA tempo dulu adalah : HIMASTA-> matting point-> design aktivitas-> bikin kegiatan yang berbeda setiap minggunya->kita kuatkan di program-> HIMPUNAN dan JURUSAN rame terus.
Kepanitiaan setiap acara di-rolling, jadi semua bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sama. Meskipun terkadang beliau tidak menjadi panitia. Tapi beliau selalu mendapat ilmu-ilmu darinya. Karena setiap rapat di sekretariat himpunan. Pada initinya pengurus/panitia harus memahami kebutuhan anggotanya/ pesertanya. Sederhana saja, kalau niat, intinya harus mau repot.
Dulu, angkatan beliau disebut “ Angkatan Logika Terbalik”. Karena angkatan beliau selalu berkebalikan dengan perintah senior. Angkatan beliau sangat solid. Di angkatan beliau hanya ada dua boikoter. Tapi tahun ke-2 dan ke-3. Mereka keluar dari statistika. Beliau adalah Pak Rudy dan Anton. Pak Rudy DO semester 4. Dan Pak Anton DO semester 6. Angkatan beliau selalu kumpul seetiap bulan dan setiap lebaran, walaupun tidak semuanya. Dan kumpulnya terkadang ke luar kota. Angkatan beliau menjadi keluarga besar 1 angkatan tanpa kecuali. Saling menyambung silaturahmi.
Di akhir-akhir pertemuan ini, beliau menceritakan  tentang pengalaman akademiknya, setelah  salah satu di antara kami memancingnya. Pengalaman akademik beliau terbilang buruk. Seperti dikatakan beliau saat awal, beliau pernah mendapat IP 1,2.  Ketika beliu dan teman beliau membuat solusi untuk hari ini, maka selalu saja menjadi masalah untuk esok hari. Karena hidup adalah masalah, jadi beliau pikir itu hal yang biasa. Justru jika tidak begitu, sama halnya dengan mati sebelum ajal. Intinya masa-masa beliau adalah masa yang banyak kenangan. Angkatan beliau adalah angkatan yang solid, sering ngumpul, rekreasi, untuk penyemangat angkatan, organisasi, dan kepanitiaan.
Di akhir pertemuan , beliau berpesan kepada kami, “Jadilah pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik itu adalah yang bekerja paling keras, berpikir paling excellent, berkorban paling banyak, tapi medapatkan hasil yang paling sedikit.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar