Bahan bakar minyak atau BBM adalah salah satu jenis bahan bakar.
Ada
beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah:
* Minyak
tanah rumah tangga
* Minyak
tanah industri
*
Pertamax
*
Pertamax plus
* Premium
* Bio
Premium
* Bio
Solar
* Pertamina
DEX
* Solar
transportasi
* Solar
industri
* Minyak
diesel
* Minyak
bakar
Di
Indonesia, harga BBM sering mengalami kenaikan disebabkan alasan pemerintah
yang ingin mengurangi subsidi. Tujuan dari pengurangan tersebut dikatakan
adalah agar dana yang sebelumnya digunakan untuk subsidi dapat dialihkan untuk
hal-hal lain seperti pendidikan dan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain,
kenaikan tersebut sering memicu terjadinya kenaikan pada harga barang-barang
lainnya seperti barang konsumen, sembako dan bisa juga tarif listrik sehingga
selalu ditentang masyarakat.
Alasan
Pemerintah Menaikkan BBM
o Defisit Anggaran di APBN
Pada APBN
2012, defisit anggaran kita mencapai Rp124 trilyun. Berdasarkan keterangan
pemerintah, jika kebijakan kenaikan harga BBM tidak dieksekusi, defisit APBN
dapat bertambah Rp175,9 triliun dan menjadi 3,6 persen dari PDB. Sedang batas
defisit menurut undang-undang adalah 2,5% jadi mau tidak mau harus ada
realokasi anggaran (APBN-P) dan pos yang diincar untuk menutup defisit ini adalah
pos subsidi BBM.
o Pengguna BBM Mayoritas kalangan
menengah ke-atas
Data ini
berasal dari kementrian ESDM. pengguna terbanyak adalah mobil pribadi disusul
motor, pertanyaannya apakah semua orang yang mempunyai mobil pribadi merupakan
golongan menengah ke atas? Apa klasifikasinya?. anggaplah semua pemilik mobil
pribadi golongan menengah jadi alasan pemerintah ini dapat diterima.
o Subsidi BBM lebih baik dimasukkan ke
pos anggaran lain seperti pendidikan, kesehatam, dll
Jika
dibandingin dengan anggaran subsidi memang anggaran untuk pos kesehatan,
pendidikan masih lebih kecil. Pada APBN 2012, anggaran “subsidi” BBM sebesar
Rp123,6 trilyun. Sebagai perbandingan, anggaran kemiskinan, kesehatan, dan
pertanian masing-masing hanya Rp99, 2 trilyun, Rp48 trilyun, dan Rp53,9
trilyun. Alasan ini dapat diterima namun dengan syarat yaitu apabila BBM
dinaikkan harus tetap dipantau perkembangan nilai pos anggaran ini jangan
sampai subsidi BBM ini malah banyak masuk ke pos yang prioritasnya dibawah pos
diatas seperti belanja pegawai, belanja barang dan sebagainya.
Alasan
BBM Tidak Pantas Naik
o Pengertian keliru tentang subsidi
Menurut
Bp Kwik Kian Gie memang terjadi kekeliuran dalam pemahaman subsidi. Secara awam
subsidi dipahami jika harga minyak mentah sekarang $ 105 – 110 / barrel setara
dengan Rp 6.500 premium dan harga premium di SPBU seharga Rp 4.500 maka
dipahami bahwa minyak disubsidi sebesar Rp 2.500 .menurut beliau perhitungan
subsidi tidak sesederhana itu karena perhitungan seperti itu seakan mem-brain
wash bahwa jika harga premium tidak sesuai dengan harga pasar internasional
kita mengalami kerugian. sebenarnya dari Minyak pemerintah malah mendapatkan
surplus dari hasil perhitungan di APBN.
o Dampak Langsung ke Masyarakat
Ini yang
memancing demonstrasi besar-besaran kalangan buruh dan mahasiswa. jika BBM naik
maka secara otomatis kebutuhan bahan sehari-hari juga naik dan apakah upah/gaji
mereka ikut naik? Mungkin bagi golongan pedagang/pengusaha kenaikan BBM bisa
mereka sesuaikan dengan kenaikan barang dagangan mereka namun bagaimana dengan
buruh, mereka yang upah/gajinya tetap per bulan, tentu suatu pukulan berat bagi
perekonomian mereka dan ini akan berimbas menurunnya daya beli yang pada
akhirnya mungkin kalangan pengusaha juga akan terkena dampaknya walaupun tidak
secara langsung seperti yang dialami para buruh. Jadi wajar jika yang banyak
berdemo menentang kenaikan BBM ini adalah buruh dengan upah rata-rata UMR/UMK.
Dan ada
satu hal yang menarik, banyak melalui socmed-socmed atau komen-komen yang
menolak dan tidak suka demonstrasi, mereka ini sudah merupakan golongan
menengah ke atas. Seperti kita tahu pertumbuhan kelas mengah ini lumayan tinggi
di Indonesia. Jadi wajar bagi mereka jika BBM naik Rp 6.000 mungkin masih
tertutup sama pendapatan mereka. Dan saya yakin suara rakyat kecil yang tidak
pernah facebookan, twiteeran ataupun baca media online sebenarnya tidak
menginginkan kenaikan BBM karena untuk sekarang saja sudah susah apalagi kalau
BBM naik?
o Kepentingan Asing
Sebagaimana
kita tahu sekarang perusahaan asing seperti Shell, Petronas dan Total sudah
mulai masuk ke industri hilir melalui SPBU-SPBU mereka. Sebagai perusahaan
tentu jelas tujuannya yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Nah
keberadaan SPBU Pertamina dengan harga yang jauh lebih murah tentu harus segera
dilenyapkan (pemikiran kapitalis) dan sayangnya pemerintah sudah terjebak dalam
konspirasi global kapitalisme ini.
Jeratan-jeratan
kapitalis telah melahirkan Undang-undang yang merugikan rakyat Indonesia
seperti : UU nomor 22 tahun 2001 tentang Migas ““Harga bahan bakar minyak dan
gas bumi diserahkan pada persaingan usaha yang sehat dan wajar ” yang sudah
dibatalkan oleh MK namun muncul PP sebagai intrik penyelesaian Peraturan
Pemerintah nomor 36 Tahun 2004. Pasal 72 ayat (1) berbunyi : “Harga bahan bakar
minyak dan gas bumi, kecuali gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil,
diserahkan pada persaingan usaha yang wajar, sehat dan transparan.”. Lha minyak
punya-punya kita kenapa dijual ke bangsa sendiri dengan harga internasional.
Menurut
hitungan Pak Kwik Kian Gie bahwa biaya produksi minyak kita itu Rp 596/liter
artinya dengan harga jual premium yang sekarang saja Rp 4.500 pemerintah sudah
untung Rp 3.904 terhadap rakyat.
Solusi
1. BBM
Tidak Perlu dinaikkan dan yang dilakukan adalah :
o Efisiensi Anggaran
Jika
masalah utamanya adalah defisit anggaran maka penyelesainnya ada dua macam
yaitu : mengurangi pos pengeluaran atau menambah pos pendapatan (logika ekonomi
sederhana). defisit anggaran ini menjadikan pos pengeluaran subsidi energi/bbm
yang prioritas akan dikurangi walaupun mungkin ada juga pos-pos lain yang
dilakukan pengurangan walaupun tak sesignifikan pos subsidi BBM ini.
Kurangi
Pos Pengeluaran Belanja Pegawai dan Belanja Barang
semisal
pembelian pesawat kleprisidenan, pembangunan gedung DPR/MPR, dan sebagainya
itu.
Tambah
Pos Pendapatan dari Sektor Migas dan Pertambangan
. Dengan
harga minyak yang kian naik harusnya membuat kita senang lantaran kita masih
punya cadangan di cepu, natuna, dll. Di cepu misalnya, saya melihat dengan
kepala mata sendiri bahwa rakyat masih bisa mengambil minyak secara langsung
(pertambangan rakyat) tentu cadangan disini cukup besar belum lagi di daerah
lain. Kuncinya adalah di maslah ilmu dan technology. Tentu beberapa mungkin ada
yang mengenal EOR (Enhanced Oil Recovery) dan bermacam technology lifting
minyak, namun mengapa produksi minyak kita terus menurun? Masalahnya bukan pada
cadangan minyaknya tapi seberapa pintar kita merekayasa teknologi untuk
kepentingan produksi minyak ini. Teringat kata Prof Joko Santoso, Mantan rektor
ITB yang pernah ngajar saya, bahwa “Minyak itu letaknya bukan di Bumi, tapi di
dalam otak kalian”. Memang benar, intinya mampukah kita meningkatkan produksi
minyak untuk menambah pos pendapatan di APBN?
Belum
lagi dengan pertambangan, Freeport, Newmount, dll. Saya kira jika kita berani
untuk membenahi kebijakan pertambangan kita tentu pos pendapatan di APBN bakal
naik dan lebih dari cukup untuk menutup defisit anggaran di APBN.
Lantas
masihkah pantas BBM dinaikan?
2.
Dinaikan dengan syarat
o Defisit Anggaran di APBN
o Pengguna BBM Mayoritas kalangan
menengah ke-atas
o Subsidi BBM lebih baik dimasukkan ke
pos anggaran lain seperti pendidikan, kesehatam, dll
Maka
seharusnya subsidi BBM dicabut hanya untuk kalangan menengah atas saja.
Caranya? Jika yang dianggap kalangan menengah ke atas adalah mereka yang
memiliki mobil pribadi maka cabutlah subsidi BBM bagi mereka. Biarkan
transportasi umum dan motor tetap mendapatkan BBM bersubsidi Rp 4.500.
Bagaimana jika pengendara motor juga ada yang golongan menengah ke atas? Batasi
dengan pajak dan aturan lainnya. Itu masalah teknis. Inti kebijakannya adalah
”CABUT SUBSIDI BAGI GOLONGAN MENENGAH KE ATAS SAJA”. Jangan dipukul rata semua subsidi dicabut
termasuk ke golongan rakyat menengah ke bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar