- Rabu, 02 April 2014

Diam atau Bicara?

Kapan Sebaiknya Kita Diam atau Bicara???


DIAM ADALAH EMAS.” Begitu populer adagium bijak ini di telinga kita, dan terlanjur diterima mentah-mentah oleh sebagian besarnya. Secara umum, mereka yang memilih untuk lebih baik ‘diam’  berpikir, dengan diam setidaknya masalah dapat diredam dan tidak semakin membesar. Dengan diam banyak hati yang terselamatkan dari luka, dan  berbagai alasan lainnya, yang pada intinya untuk menciptakan ‘zona nyaman.’  Tapi ternyata, sering dalam diam, ada bara yang disimpan, membakar hati, menumpulkan rasa. Betapa sebuah kediaman, lebih potensial melahirkan kondisi yang tidak nyaman dan sehat. Kediaman lebih melanggengkan kesewenang-wenangan dan kecurangan. Kebisuan lebih memungkinkan lahirnya syakwa sangka, saling curiga dan berujung fitnah. Berbicara adalah jalan keluar untuk memulihkannya.

Ada kalimat sindiran yang lagi-lagi menyempurnakan ‘kebenaran’ adagium di atas yang berbunyi “TONG KOSONG NYARING BUNYINYA.” Yang dialamatkan kepada orang yang terlalu banyak bicara. Dengan penafsiran, banyak bicara merupakan tanda kebodohan dan kelemahan pikiran seseorang. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa orang yang memilih diam lebih tampak berilmu.

Saya kerap tidak mampu menahan diri untuk berbicara, berbusa-busa mengungkapkan pendapat, pikiran, argumen atau apa pun, demi terpuaskannya uneg-uneg di pikiran ini. Ada perasaan lega, ketika ‘beban’ dan ‘ganjalan’ tertumpah bahkan terkadang meledak berhamburan. Hal ini saya lakukan tidak murni untuk mencari jalan keluar atau menyelesaikan masalah, tetapi lebih karena egoisme atau luapan emosi sesaat.

Melalui media sosial KOMPASIANA ini, sedikit banyak saya belajar menata pikiran, perasaan, dan lisan saya untuk dapat mengambil keputusan; sebaiknya saya bicara atau diam. Di awal, mungkin saya masih begitu ‘polos’ dan ‘bodoh’ dalam menanggapi setiap permasalahan di Kompasiana ini, bahkan untuk hal-hal sepele sekali pun. Seiring berjalannya waktu, rasanya perlu juga saya merenungi sebuah nasihat bijak dari seorang Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau berkata “pilihlah diam ketika kebanyakan orang ingin berbicara dan bicaralah ketika engkau sebenarnya sangat ingin memilih diam.”

Diam itu baik, namun bicara bukanlah sesuatu yang buruk. Keduanya perlu dipilih dengan kejernihan pikiran. Karena, kalaupun diam itu bermanfaat, manfaatnya tidak melebihi pemiliknya, sedangkan bicara manfaatnya bisa dipetik oleh banyak orang. Allah SWT. mengutus para rasul-Nya juga dengan bicara, bukan dengan diam. Tempat-tempat diam yang terpuji sedikit, tetapi tempat dan ruang berbicara yang terpuji sangat banyak. Lamanya diam bisa merusak kemampuan memberi penjelasan, sedangkan bicara dengan para pemilik ilmu, kaum cendikia akan memadukan pikiran dan ilmu.

____

Zona nyaman melumpuhkan bahkan mematikan semangat dan kreatifitas. Berusaha keluar darinya adalah pilihan bijak untuk memperoleh hidup yang lebih bermanfaat. DIAM atau BICARA dua hal yang sama-sama memerlukan pemikiran. Salam belajar untuk menjadi bijak.


*dipetik dari tulisan seseorang di media sosial :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar