- Sabtu, 12 Januari 2013

Merindumu, Ayah


 
saat kau gendong aku, menatap sunset senja itu
bisik air pada angin
yang menitip kata padaku
"ayahmu hebat"
ya, tentu.
jawabku.
...
senja itu datang kembali, setelah hujan menyapu daratan
menutup surya sejenak, pekat.

senja, ya, senja. memerah membelah cakrawala
aku tersenyum menatapnya
kuhela napas
lalu berbisik hati ini mengucap
"aku merindumu, ayah"
sangat merindu...
rindu yang tak seperti biasa aku merindu
sampai mata ini berair membasah pipi
ya, aku menangis
menangis dalam rindu yang belum berujung

ayah, betapa pun ayah
aku sangat mencintai ayah
aku rindu ayah... :)

(coretan senja, 12 januari 2013)
[Ebit G Ad] Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
                 Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
                 Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
                 namun kau tetap tabah ...
                 Meski nafasmu kadang tersengal
                 memikul beban yang makin sarat
                 kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk ...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia

Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk ...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar