- Jumat, 03 Februari 2012

Aku Cantik Bila Berjilbab



Assalamu’alaikum wr wb.

Sungguh tiada yang istimewa lagi mengesankan untuk sekedar dijadikan tulisan, bahkan dipublikasikan. 

Jejakku untuk menjadi seorang muslimah sejati sesungguhnya baru dan sedang ku ukir.  16 tahun lebih aku menempatkan diriku pada suatu keadaan tanpa berjilbab. Bukan tanpa keinginan,melainkan karena keadaan. Keluargaku tidak ada yang berjilbab.  Tapi kakak ke duaku selalu  memotivasiku untuk berjilbab.  Saat tapak ini berada di lantai ke dua SMP, aku mulai suka berjilbab. Bukan karena ada ustadz yang berdalil di hadapku, bukan karena kakak menyuruhku, juga bukan karena lingkungan sekitarku. Hanya saja aku suka, hati ini menyuarakan aku harus begitu. Namun sekali lagi aku belum bisa istiqomah. Bahkan aku adalah salah satu anggota Dancer kelasku. Aku  masih mengingat dengan jelas, saat aku kelas 3 SMP, aku bersama rekan dancer kelasku menjuarai perlombaan dance dalam rangka ulang tahun kemerdekaan RI. Kami  juga tampil dalam event terbesar pramuka se-kabupaten.

Masuk SMA, kubulatkan tekadku untuk berjilbab. Namun sekali lagi aral melintang menhambat langkahku membuat jejak terindah dalam butir-butir kisah perjalananku. Betapa ingin menangis kala itu, seragamku terlanjur dijahit  pendek. Untuk menjahit ulang jelas tak mungkin. Untuk membeli seragam baru pakai uang siapa. Sedang anting-antingku,satu-satunya harta yang aku miliki sudah kugadaikan untuk menjahit seragam itu. Ya, apa boleh buat. Ku anggap saja belum waktunya. Namuin saat SMA aku sudah mulai menjaga diriku, membatasi ruang gerakku diantara laki-laki. Walaupun ada beberapa yang mencoba mendekat, bahkan menyatakan cinta padaku. Alhamdulillah aku selalu bisa menolaknya. Sebenarnya dalam hatiku, aku ingin seperti Fatimah Az Zahra, yang melabuhkan penglihatan ke duanya terhadap laki-laki selain ayahnya, Nabi Muhammad SAW, hanya kepada suaminya. Namun aku hanya tersenyum setiap pikir itu melintas dalam angan. Karena aku sadar, aku hanyalah seorang yang jelas tidak mungkin bisa seperti beliau.

Kelas 2 SMA, keinginanku untuk berhijab semakin kuat. Setiap pergi ke acara apapun selain jam sekolah, aku selalu berjilbab. Banyak yang bertanya padaku, “istiqomah kan?”, aku tersenyum dan selalu menjawab dengan kalimat yang sama, “Mohon doanya.”. Namun apa tah daya, sampai akhir kelas dua keinginan  itu hanya terwujud saat di luar jam sekolah. Sekali lagi karena aku tak mampu membeli seragam baru. Saat aku meminta ijin ke ibu dan kakak pertamaku. Mereka justru menjawab, “Nanti saja setelah lulus. Seragam itu juga pakai uang.”. Aku tahu, seharusnya aku tidak perlu bertanya. Karena jawaban itu sudah terekam  dalam angan.

18 mei 2011, hari pertama aku torehkan dalam sejarah jejakku menjadi seorang muslimah sejati. Aku istiqomah berjilbab. Saat itu, seorang guru yang juga memotivasiku untuk berjilbab memeluk dan menciumku dihadapan umum. Betapa ingin menangis  kala itu. Aku justru mendapatkannya dari orang lain. Bukan dari ibuku, juga keluargaku. Namun walau begitu, aku bersyukur keluargaku tidak melarangku. Aku tahu sebenarnya mereka juga ingin sepertiku.

Awalnya, istiqomah berjilbab ini tak urung menjadi perbincangan tetangga. Bahkan sempat ada yang mengolok-olokku. Tapi aku berusaha untuk  menepisnya dalam diam. Lama-lama mereka memahami sebagai seorang wanita memang harus berhijab.

Setelah berjilbab, aku berusaha untuk  menyempurnakan hijabku. Walaupun  baru memulai. Aku berusahamengajak orang-orang di sekitarku untuk berjilbab juga. Dan alhamdulillah satu per satu mulai berhasil.

Dengan berjilbab aku merasa lebih nyaman dalam segala hal.  Sebagaimana Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menjelaskan menurut Al-Quran dan Al-Hadist, bahwa jilbab itu harus memenuhi 8 syarat :
  1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan.( QS.An-Nur : 31, Al-Ahzab : 59 ).
  2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan.( QS. An-Nur : 31, Al-Ahzab : 33 )
  3. Kainnya harus tebal, tidak tipis. ( HR. Abu Dawud )
  4. Harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya. ( HR. Al-Baihaqi, Abu Dawud, dan Ad-Dhiya )
  5. Tidak diberi wewangian atau parfum.( HR. An-Nasa’i, HR. Muslim )
  6. Tidak menyerupai laki-laki. ( HR. Abu Dawud, HR. Ahmad, HR. Nasa’i, Hakim, Baihaqi dan Ahmad )
  7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir. ( HR. Ahmad, HR. Muslim, HR. At-Tabrani )
  8. Bukan libas syuhrah ( pakaian popularitas ). ( HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah )

Aku pun juga belajar untuk memenuhinya. Karena semangat jiwa yang baik adalah untuk menutup aurot yang itu termasuk dari tanda-tanda kekuasaan Alloh SWT, dan itu termasuk apa yang Alloh SWT perintahkan kepada hambanya. Alloh SWT berkata:
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي
سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ
آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa, Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Alloh, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” [QS. Al-‘Araaf:26]

Sejauh pengetahuan yang aku peroleh dari sebuah blog, Hijab Syar’i adalah mahkota diatas kepala perempuan yang menunjukkan tentang semangatnya untuk memerbaiki dirinya, dan menjauhkan apa yang menggangunya dan menodai kehormatannya. Hijab Syar’i adalah tanda bagi perempuan untuk menjadi suritauladan yang baik dikalangan perempuan. Dan meremehkan hijab Syar’i adalah sebab terhalangnya dari suri tauladan yang baik, bahkan menjadi wanita yang berhias menjadi contoh yang jelek bagi anak-anak perempuannya dan saudara perempuannya. Dan mengajak pada keadaannya
tersebut kepada kejelekan tanpa dia inginkan atau tidak inginkan.
Alloh SWT berkata:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ
آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka
adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui,
sedang, kamu tidak mengetahui.” [QS. An-Nur:19]

Maka dari itu, kawan... mari menjadi muslimah sejati. Meskipun sekarang belum memenuhi syarat-syarat di atas. Niatilah dan belajarlah untuk itu. Aku pun jua masih belajar. Ingatlah kawan, berjilbab itu kewajiban. Jadi tidak benar adanya jika berjilbab menunggu kesiapan. Semoga kita semua termasuk wanita-wanita pilihan yang bisa mengukir jejak menjadi musilmah sejati. Amin.

Jazzakumullah Khairan Katsira..... Wassalamu’alaykum wr wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar