Umat
islam kini, Miris! Ya, judul itu sungguhlah tepat untuk membahasakan kondisi
kekinian umat islam. Permasalahan umat islam saat ini jika dipikirkan dengan
seksama tidak pernah kunjung habis. Justru bisa dikatakan selalu muncul masalah
baru yang kian bertubi-tubi seiring berhelatnya si mata pedang. Sungguh miris
ketika direnungkan kembali, karena mayoritas penduduk dunia adalah islam. Lebih
miris lagi ketika mendapati negara kita tercinta, Indonesia. Yang notabene
terkenal sebagai bangsa dengan jumlah penduduknya yang mayoritas muslim ini,
ternyata masih tidak bisa menyelesaikan permasalahan bangsa yang ada.
Pribadi-pribadi muslim itu bak buih yang mengambang, tiada jelas arah dan
tujuan, dan cenderung mengikuti arus zaman saat ini. Pribadi-pribadi itu tidak
bisa membawa perbaikan dan perubahan ke hal yang positif terhadap kehidupan
masyarakat saat ini. Jangankan masyarakat, di antara mereka ada yang tidak
membawa kehidupan pribadi mereka menuju hal-hal yang baik. Seperti inikah kondisi negara muslim terbesar di dunia? Mengecewakan!.
Apa yang membuat hal ini bisa terjadi?
Jika kita
berkaca pada kondisi ideal umat islam. Umat islam kini sungguh bukanlah umat
yang ideal. Betapa tidak? kondisi umat islam kini telah berbalik 180 derajat
dari ideal yang sebenarnya.
Dalam Q.S
Al-Imran : 110 disebutkan bahwa umat muslim memiliki kelebihan dari umat yang
lain. Tentu hal ini seharusnya
menjadi pemicu bagi kita umat muslim untuk terus menjadi yang terdepan. Kondisi
ideal umat muslim itu meliputi 3 hal :
a. Khoiru Ummah
Umat
Islam memiliki supremasi dalam segala bidang, yaitu bidang ekonomi, politik,
sosial, budaya, ilmu dll. Kekuatan digalang dari semua aspek kehidupan. Hal ini
tertuang dalam Q.S Al-Imran : 110, “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
b. Ummatan Wasatho
Umat
Islam bisa menjadi penengah dan pemberi solusi terhadap persoalan global maupun
regional. Think globally act locally.
Umat Islam bisa memberikan kontribusi nyata kepada lingkungan masyarakatnya. Hal
ini tertuang dalam Q.S Al-Baqarah : 143, “...Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...”
c. Ummatan Wahidah
Umat
Islam yang bersatu padu dalam ikatan amal jama’I yang kuat. Sehingga ibarat
kumpulan lidi yang kemudian disatupadukan agar memiliki manfaat yang lebih
besar. Hal ini tertuang dalam Q.S Al-Anbiyaa’
: 92, "Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama (untuk) kamu semua;
agama yang satu, dan Aku adalah Rabb-mu, maka sembahlah Aku."
Namun,
Melihat Kondisi Faktual Umat Islam saat ini, sekali lagi, sungguh miris.
Mengaca pada bangsa kita yang notabene berpenduduk mayoritas Islam, sudah
seharusnya antar sesama muslim bisa saling hidup rukun, saling beramal jama’i sehingga
pengaruh positif bagi bangsa pun akan terasa. Pada kenyataannya umat Islam di
negeri kita sedang mengalami berbagai krisis, yaitu :
Krisis pemahaman
Pemahaman
tentang keislaman warga Negara Indonesia dinilai masih kurang. Hal ini tentu
berdampak pada pengamalan-pengamalan keseharian. Sehingga banyak umat yang
hanya menjalankan apa yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Dan karena
kurangnya pemahaman ini, umat islam bisa dengan mudah dipengaruhi paham lain,
ikut-ikutan bangsa barat, baik secara fun,fod and fashion. Kemudian yang lebih
mengerikan lagi, umat islam mudah diracuni oleh produk-produk zionis, dan mudah
diperangi pemikirannya (ghazwul fikr)
dengan berbagai media.
Krisis identitas
Bangsa
kita yang katanya merupakan bangsa dengan warga Negara yang menganut Islam
terbanyak seharusnya berdampak pula pada sikap dan moral bangsanya. Mengaku
Islam tetapi kadang tidak berperilaku secara Islam. Bisa juga dibilang hanya ”islam KTP”. Coba kita tengok bangsa Jepang yang bisa dibilang tidak
mengenal Tuhan, tetapi mereka bisa hidup secara teratur seolah mereka memiliki
Tuhan yang selalu mengawasi.
Krisis Orientasi Sosial
Fenomena
si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin inilah yang sering dijumpai
di masyarakat kita. Kemampuan meraba (empati) antar sesama masih perlu
ditingkatkan, terutama untuk daerah perkotaan yang segalanya serba canggih.
Dengan perkembangan teknologi di perkotaan, membuat masyarakatnya semakin
sedikit berinteraksi dengan lingkungannya dan berakibat pada kepekaan sosial
yang kurang. Padahal sesungguhnya banyak umat islam yang berkompeten untuk
mengentaskan kemiskinan. Menghilangkan disparitas si kaya dan si miskin.
Menekan indeks gini, supaya tidak terjadi kesenjangan sosial yang semakin
melebar. Sehingga umat islam tidak mudah terpedaya oleh iming-iming umat lain
(entah apa namanya, kristenisasi atau
baratisasi) yang membuat umat islam
bahkan bisa keluar dari islam.
Krisis Ukhuwah
Rasa
persaudaraan antar umat muslim yang dinilai masih kurang menjadi penyebab
sulitnya bangsa kita untuk maju. Banyak terjadi tawuran, perpecahan aliran atau
golongan yang membuat islam menjadi tidak satu. Sebagai contohnya adalah
peperangan antara Palestina dan Israel, tawuran mahasiswa yang merasa
organisasinya (HMI) dihina oleh sekelempok orang Selasa pagi yang lalu di (kalau nggak salah) Makasar. So, Nilai-nilai
ukhuwah seperti ta’aruf, tafahum, dan ta’awun perlu diasah lagi untuk
menciptakan kesolidan.
Krisis Kepemimpinan
Sulitnya
menemukan figur pemimpin yang mendekati Rasulullah saw dan para sahabat membuat
bangsa kita kekurangan teladan kepemimpinan. Para pemimpin kita sudah banyak
yang mencontohkan keburukan, seperti korupsi. Akibatnya, masyarakat sudah tidak
respek lagi kepada para pimpinan negeri ini.
Pembenahan
pada kondisi faktual umat Islam kini perlu dilakukan secara serius. Tantangan
Islam ditengah globalisasi semakin berat. Mulai dari tantangan microchip
technology, computer technology, satelit technology, dan transportation
technology. Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya sudah ada solusi yang dapat
memeranginya. Namun semuanya memang harus melihat diri masing-masing. Karena
semua berawal dari pribadi masing. Solusi yang utama adalah berpegang teguh
pada al-quran dan as-sunnah. Karena sesungguhnya jika kita mengamalkan apa yang
menjadi pedoman hidup kita tersebut, maka umat islam pasti maju. Kemudian
melakukan pembinaan-pembinaan sejak dini, seperti mentoring. Saling
mengingatkan antar sesama muslim dan melakukan amal jama’i juga merupakan salah
satu solusi untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah. Memberdayakan ekonomi umat
untuk mengatasi masalah kemiskinan, dan membenahi pendidikan islam, mempelajari
islam untuk meningkatkan pemahaman terhadap islam. Juga memilih pemimpin yang
berkualitas dari segala sisi. Sehingga sangat diiharapkan nantinya bangsa kita
yang mayoritas umat Islam bisa bertindak kongkrit untuk menjawab permasalahan
umat dan menhadapi tantangan globalisasi itu. Untuk mewujudkan masyarakat
madani dan menjadi Baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafur (Negara sejahtera yang penuh ampunan Allah). (Risk^^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar