“YANG BERGUGURAN DI JALAN DAKWAH” Sebuah Introspeksi Dalam Perjalanan Dakwah, Pengarang : FATHI YAKAN
dakwah adalah cinta, dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu |
PENDAHULUAN
Fenomena berjatuhan (seperti :
penyelewangan, penyimpangan, pengunduran diri dsb) dalam perjalanan dakwah
adalah gejala umum, mencemaskan dan kronis. Diantara mereka ada yang
meninggalkan dakwah dan tidak meninggalkan islam, ada pula yang meninggalkan
jamaah dan mendirikan jamaah lain bahkan ada yang meninggalkan dakwah dan
meninggalkan islam secara bersamaan.
Dalam banyak hal dan waktu,
gejala berjatuhan ini menjadi faktor pendukung tersebarnya gejala negatif lain
yaitu terpecahnya amal islami yang pada gilirannya berjatuhanlah para aktifis
dan da’i dalam kancah pertarungan kalangan islam sendiri.
Yang harus menjadi peringatan adalah bahwa fenomena
ketergelinciran ini tidak saja menimpa barisan depan, para pendiri gerakan dan
para pendahulu tapi juga para penerusnya.
Jika sebagian orang menilai
jatuhnya mereka yang “berjatuhan” sebagai suatu fenomena sehat yang harus
terjadi guna memperbaharui sel-sel inti dan membebaskan diri dari hambatan
pergerakan, namun sejatinya ini adalah persepsi yang tidak baik sama sekali.
Tetapi fenomena “berjatuhan” sesungguhnya lebih menyerupai banjir yang
menghanyutkan segala yang berharga dan tidak berharga. Padahal di QS. Al Anfal
Allah mengingatkan : “ Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus
menimpa orang yang dzolim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaanya.”
BAB I FENOMENA YANG BERJATUHAN DI
MASA NABI
Berikut adalah beberapa fenomena
yang berjatuhan di masa nabi :
1. Para pembelot perang Tabuk.
Ka’ab bin Malik, Murarrah Ibnu AR
Rabi’ dan Hilal bin Umayah adalah 3 orang muslim yang membelot bukan karena
ragu-ragu dan bukan karena sifat nifaq. Karena pada ketiganya sesungguhnya
tidak pernah diketahui kecuali kebaikan. Akan tetapi mereka membelot lebih
karena menunda-nunda persiapan. Namun apa yang terjadi adalah ketiganya tidak
ikut serta dalam perang tabuk hingga Rosullullah kembali. Hal ini mengakibatkan
Rosullullah memerintahkan kepada para sahabat beliau : “ Janganlah kalian
berbicara dengan seorangpun diantara mereka bertiga!”
Pengucilan oleh Rasul dan para
sahabat terhadap Ka’ab bin Malik, Murarrah Ibnu AR Rabi’ dan Hilal bin Umayah,
sangat menyiksa bagi ketiganya sebagaimana disebutkan Allah bahwa bumi ini
terasa sempit bagi mereka. Bahkan para istrinyapun dilarang untuk melayani
kebutuhannya. Pengucilan itu mereka alami sampai lima puluh hari dan pada pagi
kelima puluh barulah Rosulullah mengumumkan kepada manusia bahwa Allah menerima
taubat ketiganya yaitu dengan turunnya QS. At Taubah : 117-119 : “Sesungguhnya
Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar
yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka
hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, dan terhadap tiga orang yang
ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit
bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula
terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari
dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat
mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Namun satu yang harus menjadi
catatan adalah bahwa ketiganya ketika itu tidak berdusta kepada Rosulullah
sebagaimana orang-orang munafiq membela diri dengan berdusta. Mereka tetap
bersabar hingga Allah memutuskan persoalan mereka. Dan mereka bertiga termasuk
orang yang ditangguhkan.
2. Hathib Ibnu Abi Balta’ah
Hathib Ibnu Abi Balta’ah adalah
salah seorang sahabat Rosul yang terjerumus kepada hal “pembocoran rahasia
negara dan pengkhianatan besar”. Ketika Rosulullah memutuskan untuk suatu
perjalanan ke Mekah, Hathib bin Abi Balta’ah menulis sepucuk surat kepada orang
Quraisy yang mengabarkan tentang bersepakatnya Rosulullah untuk suatu
perjalanan menuju mereka (Quraisy). Surat tersebut diberikan pada seorang
perempuan dari kabilah Muzainah, budak dari Bani Abdulmunthalib. Kemudian Allah
menurukan wahyu pada Rosul atas apa yang diperbuat Hathib. Maka Rosul pun
segera mengutus Ali bin Abu Thalib dan Zubair bin Awwan untuk mengejar
perempuan tersebut. Yang menjadi alasan Hathib adalah bahwa ia khawatir keadaan
keluarganya yang ada di kalangan orang Quraisy karena Hathib tidak memiliki
sanak keluarga di kaum Muslimin. Namun demikian Hathib akhirnya diampuni oleh
Rosulullah karena sebagai salah seorang ahli Badr dan Allah menurunkan QS. AL
Mumtahanah 1-4 terhadap peristiwa Hathib :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu
sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang;
padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu,
...Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja... dst sampai akhir ayat.”
3. Peristiwa Bohong (Haditsul Ifk)
Peristiwa Haditsul Ifk ini
terjadi ketika Rosulullah melakukan perjalanan dan yang keluar undiannya dari
istri beliau untuk mengikuti perjalanan itu adalah ‘Aisyah r.a. Peristiwa ini
berawal dari jatuhnya kalung aisyah ketika beliau keluar dari tandu untuk suatu
keperluan. Tanpa diketahui bahwa aisyah keluar dari tandu tersebut dan belum
kembali karena masih mencari kalungnya yang jatuh, rombongan berangkat tanpa
menyadari bahwa Aisyah tertinggal. Aisyah berharap bahwa rombongan akan segera
menyadari ketiadaan dirinya dan tetap menunggu di tempat pemberhentian semula.
Namun hingga Shafwan ibnul Mu’athtal As Sulami yang diberi tugas berjalan
dibelakang pasukan sebagai pasukan “sapu bersih” itu melewati tempat Aisyah,
rupanya rombongan masih tidak menyadari ketertinggalan Aisyah. Dan Akhirnya
Aisyah menumpang di unta yang di tuntun oleh Shafwan. Maka fitnah pun tidak
dapat dihindarkan. Rosulullah pun berpaling dari ‘Aisyah dan Aisyah pindah ke
rumah orang tuanya karena melihat Rosulullah tidak senang padanya. Aisyah
demikian menderita dengan peristiwa berpalingnya Rosul darinya hingga sampailah
berita itu padanya bahwa Misthah dan Hamnah binti Jahsy dan juga Abdullah bin
Ubbay telah menyebarkan berita bohong. Fitnah itu telah menyakiti kehormatan
Rosul hingga akhirnya turun wahyu yang menyatakan Aisyah bersih dari apa yang
dituduhkan. Ayat yang turun berkenaan dengan fitnah terhadap Aisyah ini dalah
QS. An Nuur : 11-12 :
“Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam
penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar
berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik
terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah
suatu berita bohong yang nyata"
4. Masjid Dhirar
Masjid Dhirar adalah masjid yang
didirikan untuk memecah belah kaum muslimin, maka Rosulullah memerintahkan
untuk menghancurkannya. Kepada Mereka diturunkan pula QS. At Taubah :107 : “Dan
(di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid
untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan
untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan
orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka
Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan
Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam
sumpahnya).”
5. Peristiwa Abu Lubabah
Ketika Rosulullah mengutus Abu
Lubabah bin Abdil Munzir kepada Bani Quraizah guna memenuhi tuntutan mereka
setelah mereka mengkhianati dan membatalkan perjanjian dan bersekongkol
terhadap umat islam –muncul darinya apa yang dianggap khianat pada Rosulullah.
Namun laki-laki itu, begitu terjerumus, cepat menyadari dan menyesali
perbuatannya serta menebus kesalahannya dengan mengikatkan dirinya ke tiang
masjid. Terhadap peristiwa Abu Lubabah ini turun QS. Al Anfal :27 : “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Disamping kelima peristiwa yang
dikemukakan diatas masih banyak lagi contoh-contoh sepanjang sejarah. Namun
pada peristiwa-peristiwa tersebut umumnya berakhir dengan kesadaran oknum atas
kesalahannya dan bersegera taubat serta insyaf tanpa sikap yang berlebihan
ataupun terus menerus berlaku salah. Disana nampak adanya kesucian niat,
kebersihan maksud, keaslian inti serta dorongan kuat atas kesatuan barisan dan
komitmen berjamaah. Ini amat berbeda dengan yang berjatuhan di zaman modern ini
dimana fenomena berjatuhan dewasa ini ditujang oleh penyakit gawat, buruk dan
keras seperti hilangnya kesetiaan, hapusnya kekeluargaan, kemunafikan serta
kedengkian dan penipuan atas umat islam. Para pemecah belah tidak cukup hanya
mengacau badan memecah belah barisan bahkan mereka menantang perang saudara
mereka sendiri. Ini tentu bukanlah akhlaq dan ajaran islam. Karena Rosulullah
pernah bersabda sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah : “Kemuliaan seorang
mu’min adalah agamanya, peradabannya adalah akalnya dan kehormatannya adalah
akhlaknya.”
BAB II SEBAB-SEBAB BERJATUHAN
Sebab-sebab berjatuhan bisa
terletak dari pergerakan, individu maupun situasi yang menekan.
1. Sebab-sebab yang berhubungan dengan
pergerakan.
Sebab-sebab yang menyebabkan
individu dakwah berjatuhan dan tanggung jawab berada di pundak pergerakan
antara lain :
a. Lemahnya segi pendidikan
Pendidikan atau tarbiyah
mengambil posisi penting dalam pengontrolan setiap individu aktifis dakwah.
Para aktifis yang telah berada pada posisi politis, administratif dan lainnya
seringkali menyangka telah mencapai puncak aktifitas dan telah mewujudkan
kemenangan tanpa merasakan kehampaan jiwa, kemuduran pendidikan dan kemerosotan
iman dalam kehidupannya. Padahal Rosulullah bersabda “ Sesungguhnya iman itu
telah menjadi lusuh (rapuh) dalam diri kamu sebagimana pakaian menjadi lusuh.
Maka mintalah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu. “ (HR.
Tabrani dan Hakim)
Islam mengajarkan bahwa manusia
itu selalu dalam ujian bersama dakwahnya dan selalu dalam cobaan bersama
dirinya. Karenanya dia diharuskan untuk
memperhatikan dirinya, ingat Rabbnya, mengontrol kelakuannya dan
menyuburkan imannya. Pergerakan yang lemah kemampuan pendidikannya untuk
memenuhi kebutuhan individunya akan kontrol dan pendidikan maka bangunan dan
tubuhnya mudah diserang penyakit, sebaliknya apabila perhatian dan imunitas
pendidikannya terpenuhi maka akan memiliki imunitas (daya tahan). Ikatan
Individu dan pergerakannya haruslah didasarkan atas ikatannya dengan Allah dan
Islam. Pergerakan hanyalah sarana dan bukan tujuan.
b. Tidak menempatkan individu pada posisi
yang tepat
Pergerakan yang mempunyai
kesadaran dan kematangan adalah pergerakan yang mengenal kemampuan,
kecenderungan dan pembawaan masing-masing personalnya. Mengenal titik-titik
kekuatan dan kerawanan mereka. Dari situlah pergerakan bisa menempatkan “the right man in the right place”.
Apabila pergerakan dalam proses pemilihan posisi memutuskan tanpa
pandangan-pandangan obyektif maka rusaklah keseimbangan (equilibrium)
dalam segala jaringannya. Karena “apabila suatu urusan dalam suatu pergerakan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya..”
Oleh karenanya pergerakan
berkewajiban mengklasifikasikan potensi personal-personalnya menurut
spesialisasi reputasi mereka seperti bidang pendidikan, politik, keuangan dan
ekomomi maupun urusan olah raga dan seterusnya.
c. Distribusi penugasan yang tidak merata
pada setiap individu
Fenomena ini termasuk fenomena
yang paling berbahaya bagi pergerakan karena aktifitas tertumpuk pada tangan
sekelompok tertentu sementara sebagian besar personalnya tidak kebagian
pekerjaan. Pergerakan yang memiliki potensi tenaga yang bermacam-macam haruslah
menyusun program dan perencanaan sesuai dan seimbang dengan setiap bidang dan
spesialisasinya. Kesuksesan pergerakan dalam mendistribusikan tugas
tenaga-tenaga personalnya merupakan awal kesuksesan dan kemajuannya. Setiap
individu dalam pergerakan haruslah bertanggung jawab dan perperan, merasa
sebagai anggota yang produktif dan aktif bekerja sesuai kapasitasnya. Penugasan
yang benar adalah penugasan yang tidak mensia-siakan tenaga walaupun kecil.
d. Tidak adanya monitoring individu
Diantara faktor yang mendorong
berjatuhan individu-individu dari pergerakan adalah tidak adanya pemantauan
terhadap mereka, juga tidak adanya perhatian pergerakan terhadap
situasi-situasi khusus atau umum yang berpengaruh kepada
mereka.Individu-individu pergerakan seperti juga manusia lainnya yang mengalami
situasi-situasi gawat, krisis dan problematika yang bermacam-macam. Jika
pergerakan memantu dan menolongnya maka mereka dapat melaluinya dengan selamat
dan jiwa mereka penuh kepercayaan terhadap pergerakan. Mereka akan mengiring
langkahnya dengan semangat dan pengabdian yang meningkat. Namun apabila yang
terjadi sebaliknya maka mereka akan ditimpa kekecewaan dan kekosongan jiwa yang
akan melemparkan mereka keluar dari lingkungan pergerakan. Sabda Rosulullah :
“Perumpamaan orang mukminin dalam hal saling mencintainya, kasih sayang dan
kesetiakawanan antara mereka seperti satu tubuh, yang apabila salah satu
anggota tubuhnya mengeluh sakit maka seluruh tubunhnya saling terpanggil untuk
sama-sama merasakan berjaga semalaman dan demam.” (HR. Muslim)
Dalam pergerakan, pemantauan bisa
dilaksanakan dari dua segi yaitu dari pihak organisasi diantara jaringannya dan
dari pihak persaudaraan diantara individu-individunya.
e. Tidak menyelesaikan berbagai urusan
dengan cepat
Efek dari tidak menyelesaikan
berbagai urusan dengan cepat akan berakibat pada kekusutan berbagai urusan dan
problema dan menemukan jalan buntu. Pada hakekatnya cepatnya memutuskan
berbagai urusan dan mengatasi segala permasalahan dapat membebaskan pergerakan
dari kelesuan. Menjauhkan dari ancaman dari dalam yang sering berakhir dengan
kerugian dan berjatuhannya sebagian mereka dan berjatuhannya yang lain.
f. Konflik Internal
Konflik internal menjadi musibah
paling berbahaya bagi pergerakan yang mengakibatkan kehancuran dan perusak yang
meruntuhkan. Sebab-sebab antara lain : Lemahnya kepemimpinan dan tidak mampu
konsolidasi, Adanya tangan tersembunyi dan kekuatan dari luar yang sengaja
menyebar fitnah, perbedaan watak akibat perbedaan latar belakang, persaingan
kedudukan, tidak adanya komitmen pada politik, institusi dan dasar
pergerakan, Kefakuman aktifitas dan
produktifitas yang harusnya menjadi kesibukan para aktifis dakwah.
g. Kepemimpinan yang tidak ahli dan qualified
Kelemahan kepemimpinan dan
ketidakmampuan merangkul dan memelihara barisan pada setiap periode, situasi
dan kondisi bisa berakibat pada berjatuhannya individu. Karenanya sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh seorang yang memegang kepemimpinan pergerakan adalah
sbb:
· Mengenal dakwah : mengenal ideologi,
doktrin dan organisasi serta mengikuti kegiatan dan aktifitas pergerakan.
· Mengenal diri sendiri :mengakui dan
menyadari kelemahan diri, menemukan kekuatan yang ada pada dirinya, berambisi
untuk mengembangan pengetahuan umum dan mempunyai perhatian terhadap berbagai
tokoh pemimpin.
· Pengayom yang kontinu/ Perhatian penuh
:perhatian dari pimpinan akan memantapkkan dan memperteguh kepercayaan individu
dakwah.
· Teladan yang baik : Individu akan
menjadikan pemimpin mereka sebagai contoh suri teladan sebagaimana QS. AL Ahzab
: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu.”
· Pandangan yang tajam : Kemampuan melakukan penilaian yang cepat dan tepat akan memberikan keputusan yang tepat
· Kemauan yang kuat
· Kharisma kepribadian yang fitrah : Akan mempesona hati tanpa kesulitan
· Optimisme : diliputi cita-cita dan jiwa yang bersih.
2. Sebab-sebab yang berhubungan dengan
individu
Dengan adanya tanggung jawab
pergerakan terhadap fenomena berjatuhan tidak menjadikan individu terbebas dari
pertanggungjawaban karena sesungguhnya kebanyakan sebab-sebab fenomena
berjatuhan itu bersumber dari para individu sendiri. Berikut adalah sebab-sebab
yang bersumber dari individu :
a. Watak yang tidak disiplin: tidak mau berasimilasi dan beradaptasi dalam lingkungan jama’ah dan berkeinginan kuat mempertahankan sifat-sifat kepribadiannya.
b. Takut terancamnya diri dan periuk nasi : takut mati dan miskin sehingga setan masuk melalui pintu ini : QS. An nisa :120 “Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”
Cobaan terhadap jamaah ini juga sudah disampaikan Rosulullah dalam salah satu sabdanya : “ Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang yang lebih shaleh kemudian menyusul lagi yang lebih utamanya. Sesorang dicoba sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya lemah, ia dicoba menurut kadar agamnya itu. Cobaan itu selalu datang kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan di atas bumi ini sedang tidak ada atasnya kesalahan.”(HR. Bukhari, Ahmad dan Turmidzi)
“ Celakalah abdi dinar, abdi
dirham, abdi pakaian, celaka dan sengsaralah ia. Bila ia tertusuk duri maka ia
tidak akan tercabut” (HR. Ibnu Majah)
c. Sikap Ekstrim dan berlebih-lebihan (axcessive): membebankan diri di luar kemampuan dan tidak menerima sikap pertengahan. Orang zuhud bukanlah orang miskin yang kantongnya tidak berisi dinar dan dirham. Akan tetapi orang zuhud adalah yang apabila ketiban harta duniawi, ia tidak lantas menjadi sombong dan durhaka dan jika tidak mendapatkan hal-hal duniawi ia tidak sedih dan kafir..
d. Sikap terlalu bermudah-mudah dan meremehkan : Sesungguhnya gunung terdiri dari batuan kerikil kecil. Orang yang terlalu bermudah-mudah dalam melaksanakan perintah Allah dan komitmennya dengan hukum Syara’ mereka akan mendapatkan dirinya terdorong dari sikap bermudah-mudah dalam hal-hal kecil kepada hal-hal yang besar.Orang yang terbiasa meremehkan berbagai hal tidak akan mampu memikul kewajiban pada suatu waktu. Dalam salah satu hadist riwayat Nasa’i dari Aisyah Rosulullaj bersabda : “Hai Aisyah! Hendaklah engkau menjauhi sikap mengecil-ngecilkan dosa. Sesungguhnya dosa-dosa itu itu mempunyai penuntut dari Allah.”
e. Tertipu kondisi gemar menampilkan diri : Sabda Nabi s.a.w : “Sesungguhnya yang paling saya takutkan atas umatku adalah syirik kepada Allah, saya tidak mengatakan mereka menyembah matahari, bulan atau berhala, tetapi adalah amal-amal yang bukan karena Allah dan dan keinginan tersembunyi.” (HR. Ibnu Majah). Sesungguhnya dakwah Islamiah tidak layak untuk orang yang congkak dan sombong dan orang yang takabbur dan angkuh.”Tiga perkara yang membinasakan yaitu : bakhl yang diperturutkan, nafsu yang tak terkendali dan kekaguman seorang akan dirinya sendiri” (HR. Tabrani)
f. Kecemburuan terhadap orang lain
“ataukah mereka dengki kepada
manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?
Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim,
dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. An Nisa : 54)
g. Bencana senjata
Fenomena ektrimisme yang paling
berbahaya adalah apa yang ada hubungannya dengan penggunaan kekuatan (senjata)
3. Sebab Tekanan Luar (External Pressure)
a. Tekanan dari suatu cobaan : “Alif laam
miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut : 1-3) Cobaan ini merupakan
faktor dominan yang menyebabkan terjatuhnya sebagian orang dalam lingkungan
islam, bersamaan itu bagi sebagian orang sebaliknya menjadi faktor penguat,
menjadikan terpercaya, tangguh serta mantap.
b. Tekanan keluarga dan kerabat : Sedikit sekali orang yang bisa selamat dari tekanan ini karena diusik kekhawatiran terhadap anak-anak mereka yang ditimpa penbderitaan seperti yang menimpa para da’i, pejuang dan aktivis pada setiap masa dan tempat..Padahal Allah telah mengingatkan di QS. At Taubah : 24 : “Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
c. Tekanan lingkungan (Environment Pressure) : Diingatkan bahwa Imam Syahid hasan Al Bana ketika melepas seorang saudara ke negeri asing maka dua hal yang beliau ingatkan yaitu perempuan dan minuman keras.
d. Tekanan gerakan agitasi : Gerakan agitasi tidak ada pekerjaan selain menyebar keragu-raguan dan kritik seolah cangkul yang menghujam dan meruntuhkan pergerakan Islam atas nama Islam. Bangkitnya kelompok-kelompok Islam tersebut mengakibatkan timbulnya kerancuan gambaran Islam dan kerancuan kepribadian Islam dan membawa pada kerancuan amal islam itu sendiri.
e. Tekanan figuritas : Kekaguman perhadap tokoh dan embel-embelnya masuk sebagai penyakit kekaguman dan tertipu, cinta kebesaran dan ananiyah. Hal inipula yang menjerumuskan iblis ketika ia berbangga dengan dosanya lalu berkata :
“Allah berfirman: "Apakah
yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al A’raaf : 12)
Penokohan merupakan malapetaka
bagi kehidupan dakwah dan menjadi pintu gerbang syaitan masuk dalam diri
mereka.
Terakhir, Segala puji bagi Allah Rabb pemelihara semesta. Mohon Kebenaran, kemantapan dan husnul khotimah. Kita berlindung denganNya dari kehilangan nikmat, kedahsyatan siksaan, kehilangan kesehatan dan buruknya kesudahan. Sesungguhnya Dia Maha Menerima doa hambanya.. Amiin.
sumber: Buku "Yang Berguguran di Jalan Dakwah"
kolong langit l 22.18 l 15 Ramadhan 1434 H
*risk*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar