Jangan marah,... :) |
Marah adalah sifat dan tabiat manusia, sebagaimana dalam
hadits Abu Hurairah radiyallahu’anhu, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
اللهم إنما محمد بشر،
يغضب كما يغضب البشر،
وإني قد اتخذت عندك
عهدا لن تخلفنيه، فأيما
مؤمن آذيته، أو سببته،
أو جلدته، فاجعلها له
كفارة، وقربة، تقربه بها
إليك يوم القيامة [صحيح
مسلم]
Ya Allah .. sesungguhnya Muhammad juga manusia, bisa marah
sebagaimana manusia lainnya marah, dan sesungguhnya aku sudah mengambil janji
darimu Engkau tidak akan mengingkarinya, maka siapa saja mukmin yang aku
sakiti, atau aku cela, atau aku cambuk, maka jadikanlah itu sebagai kaffarah
(penghapus dosa) baginya dan sebagai amalan yang mendekatkannya kepada-Mu di
hari kiamat. [Sahih Muslim]
Marah adalah perasaan hati yang tidak bisa dikendalikan oleh
manusia sebagaimana halnya rasa cinta, benci, malu, iman dan kufur. Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ
الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ } [الأنفال: 24]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi (menguasai)
antara manusia dan hatinya. [Al-Anfaal:24]
Akan tetapi, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan kita untuk tidak marah. Sebagaimana dalam sebuah hadits Abu
Hurairah radiyallahu’anhu berkata: Seseorang meminta kepada Rasulullah: Berilah
aku wasiat. Rasulullah menjawab: Jangan marah". Namun orang tersebut terus
mengulangi permintaannya, dan Rasulullah tetap menjawab: لا تغضب "Jangan marah". [Sahih Bukhari]
Abdullah bin 'Amr radiyallahu’anhuma bertanya kepada
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam: Amalan apa yang bisa menjauhkanku dari
murka Allah? Rasulullah menjawab: "Jangan marah". [Musnad Ahmad:
Sahih]
Salah seorang sahabat Rasulullah bertanya: Ajarilah aku
suatu amalan yang bisa memasukkanku ke surga, tapi jangan terlalu banyak
untukku. Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jangan
marah". [Musnad Abu Ya'laa: Sahih]
Jangan marah artinya: Jangan mendekati atau melakukan
hal-hal yang bisa menimbuklan marah, dan jika marah maka jangan dilampiaskan
dan segeralah melakukan hal-hal yang bisa meredakan amarahnya.
Beberapa amalan yang bisa meredahkan amarah.
1. Diam.
Dari Ibnu Abbas radiyallahu’anhuma; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
إذا غضب أحدكم فليسكت
"Jika seseorang dari kalian merasa marah, maka
diamlah". [Musnad Ahmad: Sahih]
2. Menahan diri.
Dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ
الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ
الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
"Bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang selalu
mengalahkan lawannya, akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang mampu
menahan dirinya ketika marah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
3. Membaca: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ .
{وَإِمَّا
يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ
فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ}
[الأعراف: 200]
"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka
berlindunglah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui." [Al-A'raaf:200]
Sulaiman bin Shurd radiyallahu’anhu berkata: Dua orang
saling mencaci di sisi Rasulullah sallallahu 'alaihi wasalam dan kami duduk
bersamanya. Salah satu dari keduanya mencaci temannya dalam keadaan marah
dengan wajah yang memerah. Maka Rasulullah bersabda:
إِنِّى
لأعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ
عَنْهُ مَا يَجِدُ ،
لَوْ قَالَ : أَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Sesungguhnya aku tau kalimat yang kalau ia baca maka
akan hilang amarah yang ia rasakan. Kalau ia membaca: "Aku berlindung
kepada Allah dari setan yang dirajam". [Sahih Bukhari dan Muslim]
4. Kalau berdiri
langsung duduk, dan kalau duduk langsung berbaring.
Dari Abu Dzar radiyallahu’anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
إذا غضب أحدكم وهو
قائم فليجلس ، فإن
ذهب عنه الغضب وإلا
فليضطجع
"Jika seorang dari kalian lagi marah dalam keadaan
berdiri maka duduklah, dan jika amarahnya belum hilang maka berbaringlah."
[Sunan Abu Daud: Sahih]
5. Berwudhu.
Dari 'Athiyah As-Sa'diy radiyallahu’anhu, Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إن الغضب من الشيطان
، وإن الشيطان
خلق من النار ،
وإنما تطفأ النار بالماء
فإذا غضب أحدكم فليتوضأ
"Sesungguhnya marah itu dari setan, dan sesungguhnya
setan diciptakan dari api, dan sesungguhnya apa itu dipadamkan dengan air, maka
jika seseorang dari kalian sedang marah maka berwudhulah". [Sunan Abi
Daud: Hadits daif (lemah)]
6. Mengingat
kuasa Allah terhadapnya jika ia sedang menghukum.
Abu Mas'ud Al-Badry radiyallahu’anhu berkata: Suatu hari aku
memukul seorang budakku dengan cambuk, tiba-tiba aku mendengar suara dari
belakangku "Ketahuilah wahai Abu Mas'ud!", tapi aku tidak paham
dengan suara itu karena sedang marah. Ketika orang tersebut mendekat padaku,
ternyata ia adalah Rasulullah sallallahu'alaihi wasallam, kemudian berkata:
"Ketahuilah wahai Abu Mas'ud!, Ketahuilah wahai Abu Mas'ud!". Lalu
aku menjatuhkan cambuk dari tanganku, dan Rasulullab sallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
اعلم أبا مسعود ،
أن الله أقدر عليك
منك على هذا الغلام
"Ketahuilah wahai Abu Mas'ud!, sesungguhnya Allah lebih
berkuasa (memberikan hukuman) terhadapmu dari enkau terhadap budak ini".
Abu Mas'ud radiyallahu’anhu berkata: Aku tidak akan memukul
budak lagi setelah ini. [Sahih Muslim]
7. Mengingat
pahala memaafkan.
{وَلْيَعْفُوا
وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ
يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ } [النور: 22]
"Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.
apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang". [An-Nuur:22]
{وَمَا
عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى
لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ . وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا
هُمْ يَغْفِرُونَ} [الشورى: 36-37]
"Dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih
kekal bagi orang-orang yang beriman, dan Hanya kepada Tuhan mereka, mereka
bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf."
[Asy-Syuuraa: 36-37]
{وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [آل عمران: 133-134]
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan." [Ali 'Imran: 133-134]
Dari Mu'adz bin Anas radiyallahu’anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
من كظم غيظا
وهو قادر على أن
ينفذه، دعاه الله عز
وجل على رءوس الخلائق
يوم القيامة حتى يخيره
الله من الحور العين
ما شاء [سنن أبي
داود]
"Barangsiapa yang menahan marah padahal ia manpu
melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di hadapan semua makluk pada hari
kiamat sampai Allah menyuruhnya memilih bidadari sesuai yang ia inginkan".
[Sunan Abu Daud: Hasan]
Istigfar setelah marah.
{وَلَمَّا
رَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ
غَضْبَانَ أَسِفًا قَالَ بِئْسَمَا
خَلَفْتُمُونِي مِنْ بَعْدِي أَعَجِلْتُمْ
أَمْرَ رَبِّكُمْ وَأَلْقَى الْأَلْوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُ إِلَيْهِ
قَالَ ابْنَ أُمَّ إِنَّ
الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكَادُوا يَقْتُلُونَنِي فَلَا تُشْمِتْ بِيَ
الْأَعْدَاءَ وَلَا تَجْعَلْنِي مَعَ
الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ . قَالَ رَبِّ اغْفِرْ
لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ
أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ } [الأعراف: 150-151]
Dan tatkala Musa Telah kembali kepada kaumnya dengan marah
dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu
kerjakan sesudah kepergianku! apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu*? dan
Musapun melemparkan luh-luh** (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala
saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak
ibuku, Sesungguhnya kaum Ini Telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka
membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku,
dan janganlah kamu masukkan Aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim".
Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah Aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para
penyayang". [Al-A'raaf: 150-151]
*Maksudnya: apakah kamu tidak sabar menanti kedatanganku
kembali sesudah munajat dengan Tuhan sehingga kamu membuat patung untuk
disembah sebagai menyembah Allah?
**Luh ialah: kepingan dari batu atau kayu yang tertulis
padanya isi Taurat yang diterima nabi Musa a.s. sesudah munajat di gunung Thursina.
Yang mencegah amarah.
1. Mengetahui
bahwa dengan merendah dan memaafkan seseorang bertambah mulia.
Dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
ما زاد الله عبدا
بعفو إلاّ عزا
"Allah tidak menambah bagi seorang hamba yang memaafkan
kecuali kemuliaan." [Sahih Muslim]
2. Sabar dan
bijaksana.
3. Bergaul
dengan penyabar dan bijaksana.
Dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
الرجل على دين خليله
، فلينظر أحدكم
من يخالل
"Seseorang itu dipengaruhi oleh perilaku orang yang
dicintainnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang ia cintai."
[Sunan Abi Daud: Hasan]
4. Mengingat
kebencian orang terhadap pemarah.
{وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ} [آل عمران: 159]
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka." [Ali 'Imran:159]
5. Mengingat
akibat buruk setelah marah. Seperti: membunuh, melukai, menyakiti orang lain,
perceraian, dan akhirnya penyesalan.
6. Mengingat
pengaruh buruk di saat marah. Seperti: raut muka yang berubah, ucapan yang
tidak baik, bertingkah seperti orang gila, dan lain-lain.
Marah yang tercela.
1. Marah demi
harga diri.
Aisyah radiyallahu’anha berkata: Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam tidak pernah marah demi harga dirinya jika ia dihina, kecuali
jika sudah melanggar ketentuan Allah, maka ia marah demi Allah. [Sahih Bukhari
dan Muslim]
2. Marah karena
fanatisme.
Dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ
عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ، أَوْ يَدْعُو إِلَى
عَصَبَةٍ، أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً،
فَقُتِلَ، فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang berperang di bawah panji buta, marah
karena fanatisme, atau mengajak kepada fanatisme, atau membela fanatisme,
kemudian ia mati, maka ia mati jahiliyah." [Sahih Muslim]
3. Marah karena
kesombongan.
{إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا
فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى
رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ
كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا
وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمًا} [الفتح: 26]
"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka
kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada
mereka kalimat-takwa (kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah) dan
adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah
Allah Maha mengetahui segala sesuatu." [Al-Fath:26]
4. Marah demi
Allah dan agama dengan cara yang salah.
Jundab radiyallahu’anhu berkata: Rasulullah sallallau
‘alaihi wasallam menceritakan tentang seseorang yang mengatakan: Demi Allah,
Allah tidak akan mengampuni si Fulan!. Maka Allah berkata kepadanya:
من ذا الذى يتألى
على أن لا أغفر
لفلان ؟ فإنى قد
غفرت لفلان ، وأحبطت
عملك !
"Siapa yang telah bersumpah bahwa Aku tidak akan
mengampuni dosa si Fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan Aku hapuskan
amal kebaikanmu." [Sahih Muslim]
Orang ini marah demi agama melihat saudaranya melakukan
maksiat, tapi ia berlebihan sehingga menghukumi dengan cara yang salah dan
akhirnya Allah marah kepadanya.
Marah yang terpuji.
1. Marah demi
Allah dan agama dengan cara yang baik.
{قَاتِلُوهُمْ
يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ
وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ
. وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ} [التوبة:
14، 15]
"Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan
mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka
dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang
beriman. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin." [At-Taubah:
14-15]
Seseorang datang kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi
wasallam dan berkata: Sesungguhnya aku terlambat salat subuh karena si fulan
yang terlalu panjang bacaannya.
Abu Mas'ud radiyallahu’anhu berkata: Maka aku tidak pernah
melihat Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam marah pada saat menasehati
seperti marahnya hari itu, kemudian beliau bersabda:
يا أيها الناس إن
منكم منفرين، فأيكم أم
الناس، فليوجز فإن من
ورائه الكبير، والضعيف وذا
الحاجة [صحيح مسلم]
"Wahai sekalia manusia, sesungguhnya ada dari kalian
yang membuat orang lari (dari ajaran Islam), maka siapapun dari kalian yang
menjadi imam bagi orang-orang, maka hendaklah ia mempersingkat, karena
dibelakangnya (makmum) ada orang tua, orang lemah, dan yang punya hajat."
[Sahih Bukhari dan Muslim]
2. Marah
mempertahankan jiwa, harga diri, keluarga, dan harta.
Contoh: Dari Sa'id bin Zaid radiyallahu’anhu; Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
من قتل دون ماله
فهو شهيد، ومن قتل
دون أهله، أو دون
دمه، أو دون دينه
فهو شهيد
"Barangsiapa yang mati mempertahankan hartanya maka ia
mati syahid, dan barangsiapa yang mati mempertahankan keluarganya atau dirinya
atau agamanya maka ia mati syahid." [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ammar bin Yasir berkata radiyallahu’anhuma: Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam sering membaca do'a ini:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْعَدْلِ وَالْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا
Ya Allah .. sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ucapan yang
adil dan benar di saat marah dan senang! [Sahih Ibnu Hibban]
Wallahu a'lam..
Diadobsi dari http://pancarancahayailahi.blogspot.com/p/jangan-marah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar