Perjalanan Fajar #Bromo
Rupanya aku sudah mulai lupa.
Kapan keluarga bidik misi plus keluarga angkatan yang meluangkan waktu untuk
rihlah ke Bromo itu menggenapkan rencananya. Yang pasti kuingat adalah liburan
semester 2.
Bromo, Madakaripura, sebenarnya
tak pernah ada dalam daftar mimpiku. Namun aku tak menolak ketika keluarga
bidik misi angkatanku mengajakku untuk rihlah ke sana. Awalnya, rihlah ini
dikhususkan untuk keluarga bidikmisi statistika 2011. Namun karena tidak semua
anggota mengambil kesempatannya, maka panitia membuka peluang untuk yang non
bidikmisi sebagai penggenap kuota mobil.
Kami berangkat dari depan plakat
FMIPA malam hari. Rencananya mobil akan diberangkatkan pukul 21.00. Namun
karena mobilnya telat. Akhirnya baru berangkat hampir tengah malam. Selama
penantian mobil tersebut. Hampir semua peserta menggalau ria di depan plakat
FMIPA. Ada yang foto-foto, ada yang mondar-mandir sambil nerima telpon, ada
yang duduk meratapi nasib, ada yang berdiri menerawang kapan kira-kira mobil
akan datang, dan ada segerombolan anak yang duduk menyambung lagu yang acak dan
nadanya pun jua acak-acakan :D. Tapi ada suatu ketika nada itu terdengar merdu
dan menyentuh. Cocok dengan suasana penantian kami.
Untuk mendapatkan sebuah
kebahagiaan memang tak pernah absen dengan yang namanya ujian. Siapa yang
berhasil melewati ujian itu dengan perjuangan lillah niscaya ia kan bahagia.
Sebaliknya, bagi yang hanya melewatinya dengan keluh kesah tanpa adanya
perjuangan niscaya ia hanya akan mendapat kesia-sia-an belaka. Dan sepertinya
kali ini kami akan mendapat bahagia. J
betapa tidak. Sontak kami berdiri merangkul tas kami masing-masing ketika
melihat sorot cahaya dari kejauhan. Dan ternyata benar, Allah telah menjawab
penantian kami. Dua mobil elf datang. Siap mengantarkan kami ke Gunung Bromo
dan Air terjun Madakaripura.
Dalam perjalanan, kami manfaatkan
waktu untuk saling merekatkan ukhuwah. Mengenal lebih dekat sauhabat-sahabat
seperjuangan kami dengan bernyanyi bersama. Namun ada juga yang langsung
merajut mimpi-mimpi dan merekamnya dalam memori (a.k.a tidur).
Berjam-jam di perjalanan terasa
sangat singkat. Tiba-tiba dingin menyeruak menusuk hingga ke tulang-tulang. Ya,
rupanya kami telah sampai di sebuah mushola dekat lokasi Gunung Bromo. Aku buka
HP-ku untuk melihat jam. Ternyata sudah jam 3. Karena sedang tidak suci, aku
kembali masuk ke mobil. Kemudian perjalanan dilanjut ke atas.
Sampai di parkiran, aku kira
sudah dekat dengan Gunung Bromo. E, ternyata TIDAK. Kami masih harus berjalan
jauh untuk menujunya. Kalau biasanya ada serangan fajar, ini bisa kita sebut
perjalanan fajar.
Kami sengaja tidak menyewa guide
tour. Kami percaya kepada sahabat kami, Yusman, yang notabene asli Probolinggo.
Ya walaupun pada akhirnya kami sempat disasar-sasarkan juga :D Tapi setidaknya
ada pencerahan untuk segera menujunya.
Karena sudah masuk waktu subuh,
kami menghentikan perjalanan untuk menunaikan sholat subuh. Karena tidak ada
air, maka kami tayamum. Ini pertama kalinya kami sholat beralaskan tanah tanpa ada sajadah.
Dan beratapkan permadaninya. Karena tidak sholat, aku mengamati setiap gerak
sholat mereka sambil sesekali mengambil napas panjang dan melepaskannya. Aku
begitu meresapi suasana, merasakan betapa manisnya sebuah kedekatan dengan
alam. Karena darinya kita akan lebih dekat dengan yang menciptakannya, ialah
Allah SWT yang tidak kita ragukan lagi kebesaranNya.
Dan inilah jejak yang berhasil terekam dalam ruang memori kami.
#Bromo
#Bromo
Safari kesabaran #Madakaripura
Safari kesabaran? Kok bisa?
Gimana nggak bisa? Mobil kami mogok di tengah jalan dalam kondisi naik. yang
membuat kami dengan kerelaan hati masing-masing keluar dari mobil dan
mendorongnya ke atas, ke jalan yang agak datar. Kemudian kami berhamburan di
pinggir jalan. Ada yang berdiri, duduk, dan ada juga yang masih
sempet-sempetnya narsis di depan kamera -_-. Apapun yang terjadi pokonya woles
aja, asal nanti sampai ke Madakaripura :D
Setelah menunggu agak lama,
akhirnya kami bisa melaju lagi menuju Madakaripura. Dan jeng, jeng... tidak
lama kenudian kami sampai di lokasi.
Setelah sholat dzuhur, kami napak
tilas menuju air terjun Madakaripura. Ini bukan kali pertama aku melakukannya.
Jadi ya biasa saja meskipun aku berpakaian muslimah sebagaimana yang aku pakai
dalam keseharianku. Banyak yang mengkhawatirkan memang. Tapi setiap ada tangan
menjulur aku selalu siaga, “don’t touch
me, i can do it alone.”. dan alhamdulillah mereka mengerti. Jadi mereka
hanya mengawasiku dari jauh, sekaligus berjaga-jaga jikalau aku terjatuh. Namun
karena sudah terlatih, jadi alhamdulillah tidak terjadi apa-apa.
Dan inilah jejak yang berhasil terekam di ruang memori kami
#Madakaripura
@Kamar Prestasi Ruhul Jadid
@IPSempurna
*risk*
wa'alaikumussalam.. kakka udah ke jepang? #mupeng
BalasHapus