#Dari seseorang yang tak pernah kutahu siapa dia. Yang jelas beliau nyata. Terimakasih untuk artikelnya JAne mohon ijin share.........( Afwan nggak bilang langsung )
Dalam kisah ini
ane memakai sudut pandang orang pertama tunggal (aku, saya,ane, gue,
whatever!), alurnya bolak-balik (alias semau ane). Ending terserah ente. Dan
settingnya di sebuah medan bernama medan dakwah. Di sana penuh dengan cobaan,
ujian, onak, duri, aral melintang sampai romantisme perjuangan.
Mengapa romantisme? Karena ane rasa di stasiun-stasiun
perjalanan, di setiap sendi kehidupan, di setiap makhluk yang bernyawa (terutama
manusia), yang didalamnya ada segumpal daging yang disebut hati, di hati itu
ada rasa. Rasa itu berwujud cinta. Cinta itu fitrah! Cinta itu anugerah! Yang
jika benar menempatkannya, akan berakhir bahagia. Dan jika salahpenempatannya,
maka akan berujung malapetaka.
Mengapa romantisme? Karena ane rasa di stasiun-stasiun
perjalanan, di setiap sendi kehidupan, di setiap makhluk yang bernyawa (terutama
manusia), yang didalamnya ada segumpal daging yang disebut hati, di hati itu
ada rasa. Rasa itu berwujud cinta. Cinta itu fitrah! Cinta itu anugerah! Yang
jika benar menempatkannya, akan berakhir bahagia. Dan jika salahpenempatannya,
maka akan berujung malapetaka.
Nah, dari komunikasi dunia maya itu, ada yang memberitahukan identitas diri,
ada pula yang tidak, bahkan ada yang menyembunyikannya dengan berbohong.
Astaghfirullah....namanya juga dunia maya, dunia gak jelas! Awalnya mungkin
nanya asal,
skul-kul-or ker, dmn? Nama? ada fb? Email? Sampai tukeran no HP (waduh koq tahu
nih? Pengalaman pribadi ya? Sstt...amniyah ^_^).
Nggak cukup sampe di situ, follow-up nya adalah sms-sms taujih dan kata-kata
penyemangat. Ada
juga yang ngirim berita/artikell islami lewat email. Atau sekadar berbalas
testi di facebook. Ada
juga yang janjian chatting di YM (Yahoo Messanger) dengan dalih melanjutkan perbincangan
yang sempet tertunda di chatting perdana.
Yah...begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada
kata ta'aruf dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah pernikahan
dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang Sutradara-lah
yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya. Manusia hanya berencana
dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggaman-Nya. Tapi kita manusia juga diberi
pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka., mau
sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap
Allah Yang Maha Menentukan. Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua tetap
dibawah kuasa dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan ikhtiar,
rajin-rajin berdo'a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah diri
kepada-Nya (tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan dimudahkan
dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan
syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq jadi kemana-mana
ya?!).
Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan
kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik
(matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta'aruf.
Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya.
Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum
hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak,
diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung,
suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta'aruf atau
mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti
antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan
yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri
antum,
apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah
antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum
benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan
suci bernama pernikahan?
Sekali lagi, berhati-hatilah
dengan kata ta'aruf. Karena ta'aruf
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak
pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak
cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami
terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali
kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum
sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan
antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun
menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami
mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum
masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Nah, dari komunikasi dunia maya itu, ada yang memberitahukan identitas diri,
ada pula yang tidak, bahkan ada yang menyembunyikannya dengan berbohong.
Astaghfirullah....namanya juga dunia maya, dunia gak jelas! Awalnya mungkin
nanya asal,
skul-kul-or ker, dmn? Nama? ada fb? Email? Sampai tukeran no HP (waduh koq tahu
nih? Pengalaman pribadi ya? Sstt...amniyah ^_^).
Nggak cukup sampe di situ, follow-up nya adalah sms-sms taujih dan kata-kata
penyemangat. Ada
juga yang ngirim berita/artikell islami lewat email. Atau sekadar berbalas
testi di facebook. Ada
juga yang janjian chatting di YM (Yahoo Messanger) dengan dalih melanjutkan perbincangan
yang sempet tertunda di chatting perdana.
Yah...begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada
kata ta'aruf dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah pernikahan
dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang Sutradara-lah
yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya. Manusia hanya berencana
dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggaman-Nya. Tapi kita manusia juga diberi
pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka., mau
sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap
Allah Yang Maha Menentukan. Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua tetap
dibawah kuasa dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan ikhtiar,
rajin-rajin berdo'a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah diri
kepada-Nya (tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan dimudahkan
dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan
syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq jadi kemana-mana
ya?!).
Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan
kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik
(matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta'aruf.
Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya.
Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum
hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak,
diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung,
suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta'aruf atau
mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti
antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan
yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri
ant
Nggak cukup sampe di situ, follow-up nya adalah sms-sms taujih dan kata-kata
penyemangat. Ada
juga yang ngirim berita/artikell islami lewat email. Atau sekadar berbalas
testi di facebook. Ada
juga yang janjian chatting di YM (Yahoo Messanger) dengan dalih melanjutkan perbincangan
yang sempet tertunda di chatting perdana.
Yah...begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada
kata ta'aruf dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah pernikahan
dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang Sutradara-lah
yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya. Manusia hanya berencana
dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggaman-Nya. Tapi kita manusia juga diberi
pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka., mau
sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap
Allah Yang Maha Menentukan. Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua tetap
dibawah kuasa dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan ikhtiar,
rajin-rajin berdo'a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah diri
kepada-Nya (tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan dimudahkan
dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan
syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq jadi kemana-mana
ya?!).
Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan
kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik
(matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta'aruf.
Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya.
Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum
hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak,
diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung,
suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta'aruf atau
mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti
antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan
yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri
antum,
apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah
antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum
benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan
suci bernama pernikahan?
Sekali lagi, berhati-hatilah
dengan kata ta'aruf. Karena ta'aruf
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak
pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak
cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami
terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali
kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum
sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan
antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun
menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami
mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum
masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Yah...begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada
kata ta'aruf dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah pernikahan
dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang Sutradara-lah
yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya. Manusia hanya berencana
dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggaman-Nya. Tapi kita manusia juga diberi
pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka., mau
sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap
Allah Yang Maha Menentukan. Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua tetap
dibawah kuasa dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan ikhtiar,
rajin-rajin berdo'a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah diri
kepada-Nya (tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan dimudahkan
dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan
syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq jadi kemana-mana
ya?!).
Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan
kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik
(matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta'aruf.
Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya.
Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum
hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak,
diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung,
suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta'aruf atau
mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti
antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan
yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri
antum,
apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah
antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum
benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan
suci bernama pernikahan?
Sekali lagi, berhati-hatilah
dengan kata ta'aruf. Karena ta'aruf
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak
pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak
cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami
terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali
kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum
sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan
antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun
menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami
mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum
masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan
kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik
(matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta'aruf.
Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya.
Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum
hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak,
diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung,
suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta'aruf atau
mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti
antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan
yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri
antum,
apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah
antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum
benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan
suci bernama pernikahan?
Sekali lagi, berhati
Sekali lagi, berhati-hatilah
dengan kata ta'aruf. Karena ta'aruf
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak
pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak
cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami
terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali
kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum
sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan
antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun
menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami
mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum
masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Sekali lagi, berhati-hatilah
dengan kata ta'aruf. Karena ta'aruf
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak
pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak
cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami
terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali
kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum
sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan
antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun
menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami
mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum
masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak
pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak
cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami
terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali
kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum
sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan
antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun
menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami
mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum
masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun
menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami
mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum
masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami
rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau
mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat.
Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang
membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami
berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap
membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami
salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami
dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana . Kami tak ingin mengkhianati calon suami
kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung
dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan.
Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang
akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label "ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma
menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum
buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum
memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum
menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di
ujung pernikahan kan ?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya
bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak
menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin
dan mantap untuk menuju Surabaya .
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya ,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang
baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas
ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh
lega!)
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan
membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana mengutip
beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M
sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati
untuk melangkah bersama menuju jannahNya...
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta.
Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah
cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh
cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah
baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika
Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan
perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab
terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan
fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan
produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih
banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan
kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg
sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap
aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh
cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri
kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu
hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita
karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta di atas
koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung
pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam
tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi
oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena
cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk
sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja
keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak
pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah
pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret
keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak
deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing" dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta
kita masih terkesan
misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia,
Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang
menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami
logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,
bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon
tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta
dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan
status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang
diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari
penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah.
Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian
seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak
gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka
bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah
hari ini.
Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam
kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh
cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita
tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang
menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil
jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas
ruang dakwah kita. Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan
pembinaan.
jadi…sudah berani jatuh cinta…??
wallahu’alam
Ketika Aku Jatuh Cinta
Rabb...
Ketika aku jatuh cinta
Anugerahkanlah padaku sebuah cinta
Cinta yang semakin mendekatkanku padaMu
Cinta yang mengantarkanku pada cintaMu
Cinta yang menambah kerinduanku padaMu
Cinta yang membuat lisan ini sibuk menyebut asmaMu
Cinta yang menjauhkanku dari laranganMu
Cinta yang menjadikanku taat pada perintahMu
Cinta yang tidak melalaikanku pada hakMu
Cinta yang membuatku selalu teringat padaMu
Cinta yang tidak membuatMu cemburu
Cinta yang mengantarkanku pada ridhoMu
Cinta yang membimbingku menuju rahmatMu
Cinta yang menuntunku pada cahayaMu
Cinta yang mengajarkanku tentang kebenaranMu
Cinta yang memperdalam keyakinanku padaMu
Cinta yang mengarahkanku ke syurgaMu
Cinta yang membawaku berjumpa denganMu
Kabulkanlah Cintaku...
Ketika Aku Jatuh Cinta
Rabb...
Ketika aku jatuh cinta
Anugerahkanlah padaku sebuah cinta
Cinta yang semakin mendekatkanku padaMu
Cinta yang mengantarkanku pada cintaMu
Cinta yang menambah kerinduanku padaMu
Cinta yang membuat lisan ini sibuk menyebut asmaMu
Cinta yang menjauhkanku dari laranganMu
Cinta yang menjadikanku taat pada perintahMu
Cinta yang tidak melalaikanku pada hakMu
Cinta yang membuatku selalu teringat padaMu
Cinta yang tidak membuatMu cemburu
Cinta yang mengantarkanku pada ridhoMu
Cinta yang membimbingku menuju rahmatMu
Cinta yang menuntunku pada cahayaMu
Cinta yang mengajarkanku tentang kebenaranMu
Cinta yang memperdalam keyakinanku padaMu
Cinta yang mengarahkanku ke syurgaMu
Cinta yang membawaku berjumpa denganMu
Kabulkanlah Cintaku...
Yah.. cinta. Tak pernah bosan untuk dibahas. Sesuatu yang diulang, dan akan
terus berulang. Dari zaman nenek moyang (bapak Adam dan Ibunda Hawa) sampai
akhir zaman. Manusia yang tengah merasakannya bisa lupa waktu, lupa diri, lupa
makan, bahkan lupa ingatan! (ck..ck..the power of love). Afwan, ane bukan
seorang pujangga apalagi pakar cinta. Tapi (katanya) kekuatan cintalah yang
menjadikan seseorang mendadak puitis, mendadak kreatif, mendadak inovatif,
mendadak solutif, dan mendadak dangdut (lho?! He..he..af1 jiddan). Ane akan
coba fokus. Ane gak akan membahas tentang cinta. Apa itu cinta, untuk siapa
cinta itu diberikan, dan lain sebagainya. insyaAllah akan ana bahas di lain
kesempatan. Dengan topik dan judul yang berbeda tentunya. Tetaplah stay-tune di
blog kesayangan kita. Di cuap-cuap ida ^_^.
Oh ya... Izinkan juga ana bicara dari hati seorang wanita (bukan berarti
mewakili kaum hawa keseluruhan) ini murni dari suara hati ane pribadi, so
jangan men"generalisasi"kan
pada semua akhwat. Kalo mau protes ke ane aja, otre?!)
Fenomena ini mungkin terjadi hampir di setiap medan dakwah. Pokoknya ada aktivis dakwahnya,
ADS (Aktivis Dakwah Sekolah) maupun ADK (Aktivis Dakwah Kampus/kampung).
Pemerannya adalah akhwat en ikhwan. Keduanya adalah partner yang saling
berkoordinasi dalam dakwah. Banyak sekali artikel dan buku yang telah
membahasnya. Seminar, dauroh, sampai kajian liqo-pun membicarakannya. Gimana
kalao ikhwah jatuh cinta? Hmmmm.... wajar tuh! Fitrah koq! Normal ih! (oke-oke…
peace man!) dari ikhwah yang militan sampai yang meletan, semua berpeluang
merasakannya. Yang jelas jatuh cinta ala ikhwah gak sama dengan orang ammah.
(af1, maksud ane ikhwah di sini yang tingkat pemahaman keislamannya lebih
-sedikit atau banyak- dibandingkan orang ammah/awam). Kalo yang ngakunya ikhwah
(ikhwan or akhwat), cara mengelola, memanaj, dan menyikapi, seharusnya, lebih
bijak, lebih hati-hati, lebih terkontrol, tanpa harus mengikuti dorongan nafsu
dan masih dalam koridor-koridor syar'i (warning! Harap dibedakan dengan ikhwah
yang "bermasalah" ato "error", kasusnya beda lagi).
Selain cara menyikapinya, cobaan dan ujiannya juga beda.
Tentunya syaitan pengujinya juga selevel dengan kualitas yang diuji. Sebagai
aktivis yang menyeru ke jalan Allah, ber-amar ma'ruf nahi munkar, godaannya
lebih berat lagi. Gimana nggak? Wong aktivis dakwah sholatnya tepat waktu dan
berjama'ah di masjid, tilawahnya 1 juz perhari, diamnya dzikir, ma'sturat
pagi-petang, qiyamullail, rawatib, en dhuha nggak pernah ketinggalan,
amalan-amalan sunnah yang lain pun tetap jalan, bacaannya yang berbau islam,
hadirnya ke majelis ilmu dan majelis dzikir, hidupnya hanya untuk dakwah dan
jihad fisabilillah...ck...ck....syetan cs pada kualahan tuh! Syuro nya jadi
lebih giat buat ngatur strategi jitu.
Tapi yang namanya syetan gak akan kehabisan akal (emang
syetan punya akal???!!!) dia punya 1001 (bahkan beribu-ribu) cara untuk memasuki
celah-celah yang menjadi peluang baginya. For example, dari hasi nguping
pembicaraan manusia, syetan dapet bocoran kalo cinta itu datangnya dari mata
turun ke hati. Akhirnya ia berusaha menggoda aktivis dakwah dari matanya
(pandangannya), banyak juga sih yang berjatuhan akibat ulahnya ini. Tapi godaan
ini gak mempan, gak ngaruh, en ga ngefek bagi aktivis yang ghodul bashar
(menjaga pandangan). Kemudian syetan dkk mengambil cara lain. Sms-sms bernada dakwahpun
menyebar. Dari paket taujih, bangunin qiyamullail, nanya kabar, lagi ngapain?
Udah makan ato belum? Met ultah yaaa (gubrak! Mang siapa lu, siapa gue???!)
Nggak sampe di situ, syaitan juga semakin canggih mengikuti perkembangan IPTEK.
Syetan yang udah lulus kuliah di jurusan teknik informatika membuat
program-program khusus di internet dan menyebarkan virus-virus aneh ke computer
hati para aktivis dakwah. Yang gak punya komputer pribadi penyebaran virusnya
bisa lewat flash disk, CD room, kabel data, disket dan lain-lain (nyambung gak
seh? Ya disambung-sambungin aja ya!). berbagai fasilitas di dunia maya telah
disajikan. Mulai via email, chatting, fb, twitter dengan testinya, sampai sebuah situs yang
memfasilitasi para netter agar bisa berinteraksi dan memiliki komunitas sambil
menampilkan foto dirinya. Semua hadir di tengah kita untuk memudahkan
komunikasi. Fasilitas ini pula yang dimanfaatkan aktivis dakwah untuk
bersilaturrahmi, sharring pengetahuan, diskusi dakwah, menjalin ukhuwah, dsb.
Dst. Ada juga yang niatnya mencari pasangan hidup. (Itu mah kembali ke diri
sendiri. Mau pake jalur "swasta" [nyari sendiri] ato jalur "negeri"
[lewat murabbi] yang jelas keberkahan harus tetap dijaga. Saran ane, senantiasa
luruskan niat! Di awal, di tengah, sampai akhir).
Epilog
Betapa
Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta
itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong
dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di
atasnya. Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak
shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret
cinta yang sakinah, mawaddh, warahmah.
Cinta Aktivis Dakwah
Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang
tanpa pernah diundang dan dikehendaki? Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar